TR-28

110 79 82
                                    

☁️☁️☁️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁️☁️☁️

Rumah Rain berbanding 360 derajat dari sebelumnya. Suasana mencekam dan dingin dahulu, sekarang berubah menjadi tawa dan kehangatan.

Rima dan Mentari yang sedang memasak kue di dapur dengan ceria, tak sekali suara tawa mereka terdengar seru, tapi Rain malas ikut campur.

Dan Rain bersama Surya sedang menonton televisi horor sambil memakan popcorn bersama. Horor merupakan genre favorit Surya dan Rain.

Mungkin karena mereka adalah ayah dan anak selera mereka bahkan hampir mirip. Contohnya Rain yang menyukai musik klasik dan opera, ternyata Surya juga menyukai itu.

Dalam hati Rain sedikit lega, setidaknya keluarganya menjadi harmonis walau keadaan hatinya masih kacau balau.

"Nihh kue nya, cobain ya Rain sayanggg," ucap Mentari dengan nada menggelikan.

Rain terkekeh, dan tak habis pikir. Kue yang Mentari buat kenapa hitam semua?

"Ini kayanya gak layak makan," ucap Rain dengan nada mengejek.

"Layak kok, gue kasih pewarna makanan item aja jadi gitu," jelas Mentari.

Rain tak percaya. Sedangkan Surya mengambil satu buah kue cookies yang Mentari buat dan memakan nya.

Surya melotot, dan langsung berlari ke kamar mandi.

"HAHAHAHAHA" Rain tertawa sambil memegangi perutnya, sedangkan Mentari tampak bingung.

Mentari mengambil satu buah cookies yang di buatnya.

"Wlekk, asinnn pait juga," ucap nya dengan ekspresi yang jelas membuktikan bahwa itu tak enak.

"Makanya tar, kalau buat apa-apa tuh rasain sendiri, kalau lu jualan udah di bakar kali toko lu!" Rain terus mengejek Mentari, membuat Mentari semakin kesal.

"Yaudah buat sono! Buatan lo pasti lebih parah dari gue!" ucap Mentari dengan sebal sambil memberikan celemek yang di pakainya tadi.

Rain menggulung kaosnya, dan mengambil celemek itu dengan pedenya.

Mentari memegang tangan Rain.

"Lo gak boleh minta bantuin mama ya!" kata Mentari sedikit kesal.

"Lo ikut deh biar hasil nya fair,"

Mentari mengangguk mantap.

Mentari memperhatikan Rain yang sedang mengaduk adonan dengan serius.

"Biasa aja kali, gak usah terpukau gitu," ucap Rain.

"Kok lo bisa sih?" tanya Mentari.

"Gue kan suka belajar, gak kaya lo!" tak habis-habisnya Rain mengejek Mentari.

Dug!!

Mentari memukul kepala Rain dengan pelan, membuat Rain melotot.

"Mentang-mentang nilai lo lebih bagus dari gue ya, inget Rain tuhan tuh suka orang yang rendah hati," ucap Mentari sambil memegang dada.

THE RAIN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang