*TARKA*

4 0 0
                                    

Song Recommended: Artictic Monkeys-505

||||

Sebaik apapun Lo ngenal orang itu, belum tentu Lo tau luar dalemnya- Ansell Dirandra





||||








Deano menyeret koper masuk ke dalam apartemen langsung membanting tubuhnya yang lelah usai perjalanan jauh ke sofa panjang, setelah hampir dua bulan di Hawai bersama perempuan itu dia merasa cukup hingga tidak tahan lagi. Memilih pulang ke Indonesia meninggalkan perempuan itu di sana. Sejenak memejamkan mata Deano mengambil malas ponsel di saku jaket, terlebih dahulu menghidupkan dia menyeringai ketika bising notifikasi sampai ribuan panggilan tidak terjawab dari sang ibu berderet-deret muncul di layar.

Jenna pasti telah mengadu pada Via dan melebih-lebihkan suatu hal sampai sang ibu menjadi seperti ini.

Bangkit untuk sekadar mengambil soda, Deano menghubungi seseorang yang akan dia minta jemput Jenna di sana.

"Assalamualaikum?"

"Wa'alaikumsalam, tolong Lo jemput Jenna di Hawai."

"Apa-apaan?!" Diseberang sana si penerima telepon menggerutu tidak terima, "Gue sibuk! Lagian Lo suaminya!"

"Tapi bukannya Lo orang yang selalu peduli ke dia?" Deano menyeringai sesekali menyesap sodanya, "gak usah alesan. Gue pesenin tiketnya, berangkat besok Lo!"

"Besok Gue—"

"Gue tau jadwal Lo!" Tanggapinya dingin langsung memutus sambungan  secara sepihak  dan dibanting ponsel itu ke sofa tunggal.

Sembari menyisir rambut ke belakang laki-laki itu menggeleng tidak menyangka lalu netra menelisik pada cincin nikah yang masih dia pakai sampai sekarang. Kemudian bergumam lah dia, "Tarka... gak nyangka Gue."

~~~

Tarka mengusak rambutnya yang sudah seperti sangkar burung sesekali memukul selimut benar-benar kesal dengan sikap semena-mena yang ditunjukkan oleh Deano barusan, waras tidak laki-laki itu meminta supaya dirinya berangkat ke Hawai hanya untuk menjemput Jenna? Memang benar bila hingga beberapa hari ke depan dia tidak begitu sibuk tapi alih-alih menggunakan waktu untuk bersantai ini malah menggunakannya untuk menjemput perempuan itu. Dengan malas Tarka menuju lemari dan mengambil kopernya yang ternyata sedikit berdebu, sekadar meniup bagian atas dia membuka dan mengambil beberapa pakaian serta keperluan lain untuk dia bawa ke sana. Segalanya telah masuk, menutup secara paksa sebab  nyaris tidak muat pada akhirnya laki-laki itu membuka laci bertepatan dengan Alam yang tidak sengaja lewat kamar putranya mengintip dari luar.

"Mau pergi ke mana kamu?"

Tarka menoleh sebentar kemudian menjawab, "Mau liburan bentar. Ikut kah Pa?"

Pria setengah baya yang tengah memakai celemek tersebut masuk sesekali menelisik koper milik Tarka, "Katanya janji mau liburan bareng keluarga Papa, ini kamu malah ada rencana sendiri dadakan gak ngomong."

Tarka hanya terkekeh menanggapi itu, Alam menjulurkan jari telunjuk pada koper tersebut membentuk garis panjang sembari berdecak, "Kotor banget ini koper kamu. Gak ada yang lain apa? Koper kamu kan banyak gak cuma ini."

"Itu aja gak papa, Pa. Toh gak terlalu kotor banget," ringannya.

"Jangan protes makanya kalau punya pasien enggak sadar akan kebersihan, orang dokternya aja bodo amat sama yang namanya kebersihan sebagian dari kesehatan," sindir Alam lalu menggulingkan semua barang yang telah masuk ke dalam koper hingga tercecer di atas tempat tidur.

PILWhere stories live. Discover now