*REUNIAN*

5 0 0
                                    

Song recommended: Teman bahagia- Jazz

||||

Sepanjang perjalanan menuju apartemen laki-laki itu merasakan hatinya suram. Tidak tahu harus seperti apa menanggapi permintaan dari pria asing yang mengaku sebagai ayah dari istrinya tersebut sementara di satu sisi dia telah terlanjur berjanji. Sedangkan yang dipikirkan Ichiro saat ini hanyalah kondisi Gellya, gadisnya tengah mengandung dan tentu akan sangat tidak baik bila mendengar tentang hari ini.

"Baiklah, namun beri waktu. Gellya saat ini tengah mengandung, Saya tidak ingin dia syok mendengar ini."

Ciiiiit!

"Sial!" Ichiro memukul stir mobil lalu membanting punggung di sandaran kursi kemudi sambil memejamkan mata.

Jika saja orang yang Azveto temuin sebagai bukti jika beliau tidak berbohong adalah orang asing Ichiro tidak akan peduli dan langsung pergi begitu saja setibanya di sana tapi ini adalah Bisma, kakak iparnya sendiri. Bagaimana mungkin Ichiro tidak akan percaya di saat kata hatinya yakin jika pria itu tidak akan berbohong terlebih ini menyangkut Gellya. Memiringkan kepala memandang butiran air hujan yang menetes di jendela mobilnya Ichiro diam sebelum kembali menjalankan, dia harus segera pulang mengingat ini terlalu larut dari waktu seharusnya.

Perjalanan benar-benar lambat akibat macet, Ichiro baru tiba di apartemen pukul 24.00. Menekan kode pin lalu membuka pintu apartemen Ichiro mengernyit ketika sadar lampu ruang tamu masih dalam keadaan menyala, cepat-cepat membuka sepatu menyusunnya di tempat Ichiro mengedarkan pandangan mencari sang istri. Pada awalnya Ichiro membuka kamar namun Gellya tidak ada, jadi dia dengan bantuan kata hati melangkah menuju dapur dan menemukan perempuan dengan rambut di cepol tengah sibuk memandang masakan.

Tersenyum tipis, Ichiro melempar asal tas kerja kemudian melangkah perlahan untuk menyergap sang istri dari belakang, "Udah malem bumil, kenapa gak tidur?"

Gellya memekik langsung melirik belakang, sedikit merinding mendengar pertanyaan nada rendah itu, "Ini, lagi masak semur ayam. Pengin makan semur, kamu baru pulang?"

Dia dapat merasakan Ichiro mengangguk, "Meetingnya ada beberapa kendala tadi. Kamu ngidam? Kalau mau semur bisa nunggu aku kan? Biar aku masakin."

"Enggak mungkin," Tanggapi Gellya sesekali terkekeh sebab sejak pagi tadi Ichiro selalu mengira jika dirinya ngidam. Usia kandungannya masih tergolong muda jika ini adalah ngidam, mungkin efek lapar tidak makan selain makanan cafe tadi jadi perutnya keroncongan waktu tengah malam, "entar kalau nunggu kamu, aku keburu laper!"

Ichiro tersenyum lantas menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Gellya berniat menggelitik, sementara perempuan itu berusaha fokus meski sesekali mengernyit risih hingga beberapa lama semur buatannya akhirnya matang, mengambil mangkuk saji Gellya memindahkan semur tersebut ke dalamnya dan berbalik dengan senyum mengembang menunjukkan hasil masakan di hadapan Ichiro.

"Tada! Udah mateng, ayo duduk terus makan ini!" Serunya dengan mata berbinar.

Ichiro tidak tega melihat semburat bahagia yang terpancar, mengendurkan pelukan di pinggang laki-laki itu hanya tersenyum tipis sebagai jawaban, "Aku mandi dulu."

"Perlu aku siapin air panas?" Tanya Gellya berjalan beriringan menuju meja makan.

Melirik Gellya yang telah meletakkan mangkuk saji di atas meja Ichiro mengusap pucuk kepala sang istri melirih, "Nggak usah," pandangannya tanpa diketahui Gellya berubah sayu, "aku bisa sendiri."

"Ya udah, aku tunggu sini ya," Ichiro mengangguk menanggapi jawaban riang Gellya berlalu menuju kamar mereka untuk membersihkan diri.

~~~

PILWhere stories live. Discover now