*TAKDIR*

7 0 0
                                    

Wow... udah satu bulan gak update.
Maaf ya(。•́︿•̀。)

Gimana kabar kalian?
Moga selalu sehat ya
Enjoy to story

||||

Song recommended: I Don't Love You-  Urban Zakap

||||



Setelah pulang dari kantor bersama Gellya, Ichiro langsung menggendongnya menuju kamar merebahkan perlahan apalagi mengetahui ada malaikat kecil tengah berkembang di rahim sang istri. Menggulung kemeja lelaki itu duduk di tepi ranjang mengusap perut Gellya yang masih rata mengingat usia kandungan baru berusia sepuluh hari, dengan senyuman manis namun juga mata berkaca-kaca dia mendekat mengecup sambil mengucap syukur dalam hati karena Tuhan telah mengabulkan doanya serta telah memberinya dan Gellya kepercayaan sebesar ini.

Sebuah anugerah yang selalu dia tunggu kedatangannya.

"Makasih sayang," sekali lagi Ichiro mengucapkan seolah kata-kata yang sejak tadi dia gumamkan di kantor belum lah cukup sampai perlu diulang, kemudian mendekat untuk memberi ciuman hangat di bibir.

Perempuan itu menggeleng mengambil satu tangan Ichiro untuk digenggam, "Seharusnya aku yang berterima kasih karena melalui kamu Tuhan beri aku kepercayaan untuk menjadi wanita sempurna, menjadi seorang Mama." Senyumnya mengembang mengarahkan tangan lelaki itu ke pipinya lalu Ichiro mengusap lembut.

Namun tidak berapa lama senyuman itu luntur tergantikan tatapan was-was, dia memiringkan kepala, "jadi... karena aku udah hamil," jeda, "kamu nggak akan ... nikah lagi kan? Kamu nggak akan ninggalin aku kan? Kamu ... nggak akan lari sama perempuan lain kan?"

"Hei," Ichiro mengerutkan kening merasa heran dengan pertanyaan sang istri dan langsung membungkukkan tubuh membawa ke dalam pelukan hangat sembari mengusap rambut pirang penuh kelembutan, "siapa yang ngomong kayak gitu ke kamu? Ya enggak lah! Aku akan terus di sisi kamu sampai kapanpun! Dan nggak akan pernah ada satu pun perempuan yang bisa menggantikan posisi sebagai istri aku, cuma kamu sayang."

Gellya mengulum bibir lalu menyembunyikan wajahnya di dada Ichiro, "janji kan?"

"Aku selalu janji padamu, ratuku." Ungkapnya tersenyum tipis.

"Cih! Dasar kadal!" Gellya mencibir memukul ringan punggung Ichiro, "dulu aja sering banget ingkar janji sampai aku-nya mau nyerah rasanya berjuang sendiri."

Terkekeh pelan Ichiro melepas pelukan, menggigit gemas hidung Gellya sampai memerah dan si empu mengadu kesakitan. "Heh! Berani banget sih," dia menggesekkan hidung mereka, "suami sendiri di cibir?"

"Biarin!" Gellya mendengus memalingkan wajah dengan bibir mengerucut, "kamu ngeselin!"

"Iya-iya maaf," Ichiro mengusap dahi Gellya, "ya udah, aku bersihin badan dulu abis itu kita tidur."

Dia memerhatikan Ichiro yang beranjak dari ranjang sampai masuk ke dalam kamar mandi lalu dia memfokuskan pandangan ke perutnya memberi usapan lembut. "Terima kasih sayang... telah hadir untuk Mama dan Daddy." Membatin sembari mengusap ujung matanya yang menetes sungguh-sungguh terharu, ketika masih aktif dengan perutnya Gellya menjadi sedikit terusik mendengar ponselnya berbunyi menandakan adanya notifikasi.

Menyambar ponsel yang terletak di dalam tas tangan Gellya cemberut segera membaca yang ternyata lagi-lagi dari nomor tidak dikenal.

085xxxx

PILDär berättelser lever. Upptäck nu