*FAKTA*

11 0 0
                                    


Song Recommended: Untitled 2014- G Dragon

||||

Maaf jika banyak typo bertebaran🙏🏻🙏🏻

||||

Ichiro menghembuskan asap rokok ke udara menikmati sejuknya angin segar yang menerpa pagi hari ini. Seusai mendapat transplantasi ginjal tubuhnya serasa lebih bugar tidak seperti saat dirinya masih sakit-sakitan, mengayun-ayunkan kaki di pinggir roftop tanpa sengaja melihat Jenna si mantan kekasih yang tengah menyeringai seakan-akan senang akan suatu hal.

Ichiro menghembuskan napas kesal bila mengingat perempuan sialan itu. Gara-gara Jenna, dia harus merelakan cinta pertamanya. Jenna Rosalind, ternyata dia bukanlah perempuan baik, yang dia tunjukkan selama ini bukan cinta melainkan kepuasan semata atas penderitaan hidup Gellya, lalu setelah berhasil Ichiro justru di depak begitu saja. Kejadian di rumah sakit kala masa-masa dirinya sadar dari koma, lelaki Jepang itu tidak akan pernah melupakannya.

°

Tuhan seolah masih memberi kesempatan bagi Ichiro untuk melanjutkan hidupnya alih-alih untuk berpulang, pasca operasi Ichiro memang sempat tidak sadarkan diri sehingga harus kembali di masukkan ke ruang ICU untuk pemulihan intensif menyebabkan Devina di landa kekhawatiran namun melihat Ichiro membuka matanya yang telah lama terpejam dan mendengar pernyataan dari dokter jika kondisi Ichiro telah aman meski tetap harus dalam masa pengawasan  membuatnya tidak henti mengucapkan rasa syukur. Beberapa hari setelah itu Ichiro dimasukkan ke ruang perawatan dan satu persatu teman-temannya diperbolehkan untuk  menjenguk. Tepat sekali ...  penyakit yang selama ini disembunyikan dengan rapat oleh Tanaka Kento akhirnya terbongkar juga. Laki-laki ini tidak peduli dengan teman-temannya mau menjenguk atau tidak, namun dia sungguh menantikan Jenna untuk datang melihat keadaannya saat ini karena sejak awal masuk perempuan itu belum sekalipun menjenguknya.

"Nungguin siapa sayang?" Tanya Devina sembari sibuk mengaduk-aduk bubur. Wanita ini tahu jika sejak tadi putranya itu menatap ke arah pintu.

Ichiro menoleh cepat tidak lagi menarik atensi pada pintu berdeham lalu, "Enggak."

Meski tahu itu adalah jawaban kebohongan Devina tetap tersenyum tidak mempermasalahkan, mengarahkan sendoknya di depan mulut Ichiro, "Aaa..."

Ichiro langsung menelan bubur yang terasa hambar memandang Devina yang tampak begitu sumringah. Tentu saja, ibu mana yang tidak bahagia bila putranya telah sembuh dari sakit yang diderita selama bertahun-tahun. "Nanti kalau kamu udah pulih, jangan langsung makan minum sembarang ya! Masih harus dikontrol," Ichiro mengangguk mendengar nasihat dari sang ibu kembali melahap suapan ke dua.

Tidak perlu menunggu waktu lama mangkuk yang sebelumnya terisi penuh dengan bubur kini bersih tidak ada sisa, Ichiro telah menghabiskan melihatnya Devina tertawa kecil mengusak rambut sang putra yang sudah panjang menyentuh tengkuk. "Pinter ya anak Okaasan ... abis loh makanannya," pujinya menggunakan aksen suara anak kecil, Ichiro yang mendengar hanya mendengus pelan.

"Ya kan aku udah gede Okaasan," sergahnya memalingkan wajah.

Devina justru semakin gemas melihat tingkahnya ketika malu, meletakkan mangkuk langsung mencubit pipi Ichiro menariknya seolah-olah itu kue mochi. Si pemilik pipi hanya bisa pasrah membiarkan Devina berbuat sesuka hati, wanita itu terkekeh geli mengusap-usap pipi yang mulai memerah, "Maaf ya sayang. Ihhh bayi dehh! Okaasan mau pergi dulu ya kamu di sini nggak papa kan kalau ditinggal?"

Ichiro menggeleng, "Enggak Okaasan, tenang aja. Emang mau ke mana?"

"Kamar mandi," Devina telah beranjak keluar dari ruang rawat Ichiro. Mengerutkan kening si laki-laki Jepang merasa heran mengapa harus ibunya pergi padahal jelas-jelas di tempatnya di rawat ini juga ada kamar mandi? Ichiro mengusap dagu, mungkin ada yang ingin dilakukan selain urusan kamar mandi.

PILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang