*JANGAN PEDULI*

4 1 0
                                    

Song recommended :  Tak Mampu Pergi- Sammy Simorangkir


||||

Sudah terbiasa aku bersamamu ... namun akan kah ini saatnya harus mulai belajar untuk terbiasa tanpa dirimu? - Gellya Aldrich
||||


Sebelum pertengkaran...

Pagi menjelang, seperti biasa Gellya pergi ke kampus kemudian menyelinap masuk ke fakultas Teknik. Katakan lah Gellya bodoh karena memang perempuan ini  bodoh, sejak dirinya menerima laki-laki Jepang sebagai kekasih, sebagai bagian dalam menemani hidup. Sekalipun telah perempuan ini tahu tentang pintarnya laki-laki itu mengkhianati cinta, dia yang tidak pernah dihargai namun malah terus dipermalukan, bagaimana dengan mahir Ichiro menyembunyikan segala hal yang mampu membuat dirinya syok semalam.

Namun Gellya memang telah melakukan ini selama dua tahun ke belakang, sehingga menjadi suatu kebiasaan. Setelah membersihkan dan menata makanan yang memang bisa Ichiro konsumsi, Gellya menutup pintu loker. Menatap lama sebelum akhirnya menghela, "Sepertinya aku harus pelan-pelan berhenti melakukan kebiasaan ini."

Buru-buru Gellya pergi dari sana sembari mengamati situasi fakultas yang memang masih sepi, tidak mau kejadian waktu lalu terulang dan membuat dirinya takut lantaran terus ditanyai dan dibentak. Sesampainya di depan fakultas, Gellya mengernyit mengetahui di sana ada Nilam dengan kedua kaki bergetar dan kuku jari yang terus di gigit.

"Oh!" Nilam memekik saat pandangan mereka bertemu, langkah tergesa mengiringi perempuan itu, menghampiri Gellya yang masih berdiri di tangga.

"Ada ap---"

Nilam menarik tangannya, mengajaknya berlari secepat mungkin menyebabkan Gellya terkejut bahkan kalimat tanya yang ingin diutarakan sampai harus terhenti di ujung bibir. Dia mengajaknya berlari masuk ke fakultas Ekonomi, menerobos pada kerumunan mahasiswa mahasiswi yang tengah melingkar menyaksikan pertengkaran.

"Kak! Tolong Kak! Pisahin Kak Ansell dan Kak Ichiro!" Seru Nilam panik, mengguncang tubuh Gellya.

Raut khawatir jelas tergambar dari wajah Gellya, meski hati terluka karena lagi-lagi harus mendengar kata-kata merendahkan dari kekasihnya sendiri. Seolah-olah menunjukkan pada semua mahasiswa di sini betapa tidak bisa apa-apanya dia dan tidak berhak untuk mengejar apapun lantaran tidak berguna. Tentunya mendengar itu membuat Ansell naik pitam, akan melayangkan pukulan sekali lagi. Tidak ingin Ichiro terluka kembali dengan cepat Gellya berlari, berdiri langsung ditengah-tengah, menghadang pukulan tidak main-main itu, dan menjadi pelindung bagi Ichiro.

Ichiro dan Ansell, mereka sama-sama terkejut melihat Gellya jatuh tersungkur. Menekan bibirnya yang terasa perih, perempuan itu meringis melihat ada darah di jari telunjuk dan nyeri di rahang. Dengan segera oknum yang memukul berjongkok bertanya penuh amarah yang tertahan.

Alih-alih menjawab Gellya justru balik bertanya mengenai alasan laki-laki itu melakukan hal ini terhadap sang terkasih. Memohon-mohon supaya tidak melakukan ini, menekankan jika memang Ichiro adalah laki-laki baik bukan seperti apa yang selama ini Ansell dan mahasiswa lain pikirkan. Tidak ada yang bisa Ansell lakukan selain menghela, membantu Gellya berdiri dan memapah menuju ruang kesehatan. Tanpa mau memandang seperti apa ekspresi Ichiro saat ini.

***

"Lo tadi ngapain sih?" Sambil mengobati bibir Gellya Ansell bertanya. Wajahnya ditekuk karena kesal.

PILWhere stories live. Discover now