Pregnant

13 3 0
                                    

Tatapan Rhival tidak lepas dari gadis di depannya, ia benar-benar merasakan kesal sekarang. "Kamu kenapa sih, Ren?"

Gadis yang sedari tadi membuang muka itu kini menatap Rhival tajam. "Kamu yang kenapa? Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, Val. Kita udah putus."

Mendengar jawaban tanpa beban itu Rhival tersenyum sinis. "Kita. Gak. Pernah. Putus."

"Berapa kali harus aku bil-"

"AREN RIANA!!!"

Bentakan keras itu berhasil membuat Aren bungkam, ia menatap tak percaya pada sosok jangkung di depannya.

"Ren, sorry …."

"Jangan temuin aku sebelum kamu rubah sikap kamu itu," ucap Aren dan langsung berlalu dari taman belakang sekolah ini, meninggalkan Rhival yang kini tengah mengacak rambutnya kasar.

"ARGH BANGSAT!"

Dengan napas yang masih memburu Rhival mendudukan diri pada kursi yang ada di sana. Ia benar-benar tak tau lagi harus bersikap seperti apa pada gadis yang selalu jadi pemenang di hatinya itu.

Ya, Rhival dan Aren mereka adalah pasangan, hubungan keduanya sudah berjalan semenjak mereka memasuki SMA ini. Namun, karena sebuah alasan yang menurut Rhival tidak masuk akal hubungan mereka sudah berakhir. Lalu, amarah Rhival memuncak ketika ia mengetahui bahwa Aren sudah beberapa Minggu ini mendekati Andra.

"Liat apa yang bakalan gue lakuin."

°°°°°°°

Sudah dua hari semenjak Andra sakit dan memilih mengistirahatkan diri di UKS, kini keadaannya sudah cukup membaik terbukti dengan sekarang ia seperti biasa tengah menghabiskan waktu istirahatnya untuk sekedar menikmati keindahan kota dari rooftop sekolah.

Dengan panas matahari yang tepat berada di atas kepala tak membuat Andra ingin beranjak dari sana, ia benar-benar menikmati saat-saat seperti ini.

Detik berikutnya ia tersenyum tipis, sangat tipis hingga dapat dipastikan orang-orang tidak akan tau jika Andra menarik sudut bibirnya untuk beberapa saat. Semenjak kejadian di UKS itu, Andra dan Fano kini berteman meski tidak terlalu dekat seperti teman pada umumnya namun itu sudah cukup menampakkan perbedaan interaksi mereka dari sebelumnya.

Sebuah tepukan mendarat di bahu Andra yang menyebabkan pemuda itu menoleh pada si pelaku, ia tersenyum miring. Yap, siapa lagi kalau bukan Fano pelakunya?

Hanya sesaat Andra menoleh, setelah itu ia kembali menatap gedung-gedung pencakar langit di depan sana. Begitu juga dengan Fano yang mengikuti arah pandang orang di sampingnya.

"You okay?"

Andra diam, pertanyaan itu tidak pernah Fano lupakan setelah mereka menjadi teman. Sampai akhirnya ia menjawab, "I'am okay."

"Lo bisa berbagi sama gue, Ndra."

"Gue gak selemah itu untuk memberitahu lo semuanya."

Beberapa saat Fano hanya bungkam atas jawaban yang Andra berikan. Ternyata pemuda itu belum percaya sepenuhnya.

Hanya hembusan angin dan napas masing-masing yang kini menjadi irama di antara mereka.

"Gue tau lo bisa jaga diri lo sendiri tapi lo juga gak perlu memikul beban di bahu lo sendirian."

Andra menoleh. Ia seperti melihat sosok Adhit dalam diri Fano. Ah, ia jadi merindukan Kakaknya itu. "Hmm, gue tau."

Fano ikut menoleh lalu menatap jam di tangannya sesaat. "Bolos or masuk kelas?"

SEMICOLON (COMPLETED)Where stories live. Discover now