Pertemuan Diam-Diam

26 3 0
                                    

Dalam tidurnya Bulan hanya terus berbalik ke sana kemari guna mencari posisi yang pas untuk ia terlelap. Namun, setelah beberapa saat ia tetap belum menemukan kenyamanan itu. Matanya kembali terbuka dan menatap kosong pada langit-langit kamar yang penerangannya dimatikan.

Hembusan napas panjang Bulan keluarkan lalu setelahnya bangkit dan mendudukkan diri dengan bersandar pada sandaran ranjang. Meski dalam penerangan yang minim, ia dapat melihat hal-hal yang ada di sana walaupun tidak terlalu jelas. Atensinya terfokus pada boneka yang ia susun di rak tak jauh dari ranjang.

Ada beberapa bentuk boneka di sana, namun yang menjadi perhatiannya saat ini adalah boneka alpaca pemberian dari Andra. Bulan tersenyum tipis kala mengingat itu, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Andra akan serius membelikannya. Padahal, ketika diajak ke mall dan mengetahui bahwa boneka itu tidak ada di sana Bulan telah merelakannya, dalam artian ia tidak terlalu berharap bisa memiliki barang itu. Namun, Andra tetaplah Andra, pemuda itu akan tetap dengan ucapannya dan terbukti bukan? Meskipun harus melewati waktu beberapa Minggu buktinya boneka itu sekarang ada pada Bulan.

Ah, iya. Membicarakan tentang Andra membuat Bulan menghela pelan karena pemuda itu tengah kembali pada sosoknya yang selalu menghilang begitu saja. Kini, terhitung sudah tiga hari -dari pertemuan mereka di taman kota- sosoknya tidak ada kabar, bahkan chatt yang Bulan kirim pun tidak ada balasan, jangankan balasan dibaca saja belum. Namun, itu sudah bukan hal baru bagi Bulan, nanti ketika pemuda itu sudah mulai merasa baik (mungkin) dia akan kembali dan memberinya kabar bahkan mengajaknya main, sekedar untuk menebus waktu yang hilang katanya.

Pernah untuk pertama kalinya sejak mereka awal berteman, Andra tidak ada kabar sampai empat hari yang membuat Bulan khawatir, sangat-sangat khawatir karena telpon, spam chatt, bahkan video call yang coba ia lakukan tak satu pun direspon oleh pemuda itu. Sampai akhirnya di hari kelima, secara mengejutkan Andra menunggunya di depan gerbang sekolah dan setelah itu mengajak pergi ke taman di ujung kota hanya untuk menikmati sore dan makanan yang ada di sana.

Lalu, setelah hari itu sebelum pulang Andra berucap yang bahkan sampai saat ini Bulan tidak pernah melupakannya. Pemuda itu bilang, "Kalau nanti gue hilang lagi, lo gak perlu khawatir, cukup yakinin dalam hati lo kalau gue baik-baik aja dan selama gue gak ada kabar, gue janji sama lo gue gak akan ngelakuin hal-hal yang akan ngebuat gue ada dalam kesengsaraan. Selepas itu gue akan kembali sama lo dan kita akan menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya untuk menebus waktu yang hilang."

Lagi-lagi Bulan tersenyum mengingatnya, ia sedikit merangkak untuk mengambil boneka alpaca yang berukuran sedang lalu memeluknya dengan erat setelah ia kembali merebahkan tubuhnya.

"Selamat tidur, Andranya Bulan." Bulan terkikik geli sesaat setelah mengucapkan kalimat itu, beberapa menit kemudian ia sudah terlelap di alam mimpi.

Sementara di tempat lain, Andra juga sama halnya dengan Bulan. Sedari tadi ia hanya duduk diam bersandar pada dinding dengan tatapan kosong, banyak sekali hal yang mengganggu pikirannya, ah bahkan jika dipikir lagi bukankah setiap hari ia memang memiliki banyak beban pikiran?

Namun, kali ini ingatannya kembali pada kejadian pagi tadi dimana ia dengan berani menjawab perkataan papanya, Andra sendiri tidak tahu dari mana ia mendapatkan keberanian itu yang jelas sekarang hatinya dipenuhi rasa bersalah, meski di sisi lain ia juga tidak ingin munafik bahwa ada rasa lega saat dirinya bisa mengungkapkan apa yang selalu ditahannya.

Hatinya sakit saat Andra mendengar bahwa ia tidak pantas dilahirkan, ia sakit ketika harus dengan terang-terangan mendengar bahwa ia memang tidak diinginkan sejak awal. Tapi, jika memang itu yang dirasakan oleh papanya, kenapa ia bisa ada di sini sekarang? Kenapa tidak dari awal saja ia ditiadakan? Apa Mamanya juga merasakan hal yang sama?

SEMICOLON (COMPLETED)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum