S:12

21.5K 1.4K 69
                                    

Assalamualaikum semuaaa

Jangan lupa buat dukung terus book "Sequoia"
dengan cara vote dan komen

Enjoy your time guys!

.
.

~ Sequoia ~

Sekarang bukan hanya hati nya yang sakit, tapi fisiknya pun turut sakit. Setelah pulangnya Ana kemarin, keesokannya Gus Razzan terkena demam akibat bergadang semalaman.

Dari malam hingga pagi hari, ia selalu berada di kamar sambil murojaah tanpa henti. Ditambah lagi, beberapa hari sebelumnya ia harus bolak-balik keluar daerah karena ada urusan.

Saat pagi hari Nyai Dewi menghampiri putranya, ternyata Gus Razzan sudah terbaring di kasur dengan badan yang menggigil.

"Kamu kenapa, Abang. Umi khawatir, nak." Nyai Dewi mengganti kompresan di dahi Gus Razzan.

"Ana ..." Gus Razzan mengigau sambil mengucapkan nama gadis itu.

"Ada hubungan apa Ana dengan sakitnya anak ku ini?" tanya Nyai Dewi dalam hati.

"Ini umi, nak," sahut Nyai Dewi.

Perlahan mata Gus Razzan terbuka. "Umi?" Panggilnya lirih.

"Iya sayang, ini umi."

"Umi kepala Abang sakit," keluh Gus Razzan sambil memegang kepalanya.
Nyai Dewi langsung mengurut kepala Gus Razzan dengan pelan.

"Makan dulu ya, setelah itu minum obat. Istirahatlah dengan cukup." Gus Razzan menangguk pelan. Kepalanya sangat terasa berat saat ini.

Ia mengingat bagaimana ia bisa jatuh sakit. Mungkin ia kelelahan dan tadi malam hingga subuh begadang ditambah lagi ia meminum 2 cangkir kopi.

"Sakit ini, apa karna saya memikirkan kamu?"

🤍🤍

Di malam harinya di tempat yang berbeda, 2 keluarga tersebut melakukan makan malam bersama sambil membahas pernikahan keduanya.

"2 bulan, apakah itu cukup?" tanya ayah dari Arsen.

"Insyaallah cukup, yah."

"Saya harap ini semua berjalan dengan lancar hingga hari H nya," sahut Ibrahim.

"Aamiin ..."

Lain halnya dengan Ana, hatinya terasa janggal dan tidak nyaman. Padahal dari tadi ia tidak melakukan apapun.

Tiba dimana suara dering handphone memberhentikan obrolan di meja tersebut. Cepat-cepat Ana mengambil benda tersebut, nama Nyai Dewi lah yang tertera disana.

"Ana permisi ngangkat telpon dulu." Ia langsung bergegas menjauh dari sana dan langsung menjawab telpon tersebut.

"Assalamualaikum, Nyai."

"Waalaikumsalam, Ana. Maaf jika saya mengganggu waktu mu, ada yang ingin saya tanyakan."

"Tidak apa-apa, Nyai. Euum, tanya tentang apa Nyai?"

SEQUOIAWhere stories live. Discover now