PART 35 : EMPTY

4 1 0
                                    


happy reading...

******

"Bukannya mau nakutin, tapi kata orang karma itu nyata."

-Juan yang lagi cosplay jadi penasihat-

🦎🦎🦎

Kosong.

Begitu lah perasaannya setelah putus dengan Berilia. Tidak sakit hati, kecewa, sedih, atau apapun, semuanya hanya datar saja.

Cikko tetap main game, nongkrong di mang Ade, bahkan semalam juga ia balapan diem-diem padahal Beyca mewanti-wantinya untuk belajar.

Entah lah Cikko bingung, cuma dirinya sedikit merasa bersalah telah menyakiti Berilia, mungkin terdengar jahat tapi jujur dia lega karena tidak akan lagi menyakiti perasaan gadis itu lebih jauh.

Hari ini hari terakhir ujian semester diadakan, seminggu clasmeeting lalu pembagian raport sebelum libur panjang akhir taun.

Eyang sudah menjanjikan di grup keluarga untuk mengajak cucu-cucunya liburan ke Lombok, kalo hasil ujian cucunya bagus katanya bakalan ada hadiah juga.

Cikko gak tau sih nilai ujiannya bagus atau tidak, dia sudah optimis tapi kan terlalu percaya diri juga gak boleh ya, jadi dia tidak terlalu berharap sama hadiah itu yang penting bisa ikut liburan saja.

Teman-temannya yang lain juga akan liburan bersama keluarganya, makanya kalo dirinya di rumah saja mungkin hanya Cikko yang akan gabut selama liburan berlangsung.

"Lo tadi jawab apa yang soal terakhir itu?"

"Bagian essay?"

"Iya yang gimana caranya mewujudkan masyarakat multikultural."

Cikko memperhatikan Juan dan Ali yang tengah membicarakan soal terakhir dari ujian sosiologi tadi.

"Nurun gue dari si Cikko,"

"Gue ngapalin, jelas bener," sahut Cikko melihat raut tak yakin Juan.

"Ngapalin ndasmu orang semalem kita balapan," cibir Ali yang diacuhkan Cikko.

Juan mendengus, mendekati Ifzhal kalo Rafin saat ini cowok itu tengah berburu permen kaki yang katanya diskon di kantin Mak Ida.

"Lo jawab gimana, Zal?" Tampaknya Juan masih belum puas dengan pertanyaannya.

Dan Ifzhal adalah sasaran yang tepat dan dapat dipercaya.

"Melestarikan budaya nenek moyang," jawab Ifzhal lalu meneguk pop ice permen karetnya.

Juan menghela napas panjang menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Anjir lah gue jawab ngasal," keluhnya. Ia tidak sempat mikir karena terburu-buru oleh yang telah selesai.

"Emang gimana jawaban lo?" celetuk Ali, kalau dilihat dari wajah nelangsa Juan emangnya sengasal itu?

"Menghapus rasa iri dengki terhadap tetangga," lirih Juan disambut gelak tawa dari Cikko dan Ali bahkan Ifzhal ikut tersenyum tipis mendengarnya.

"Gue ngakak sih Wan, mon maaf!" seru Ali.

"Berhenti woi gue sakit perut!" Cikko tergelak memegang perutnya yang tergelitik karena banyak ketawa.

PLAYBOY MILLENNIALNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ