PART 28 : BUKAN PRIORITAS

8 1 0
                                    


tidak usah terlalu pakai hati, di setiap keadaan logika juga perlu digunakan

🦎🦎🦎


     Terlihat jelas sekali wajah kaget pemuda itu ketika melihat Riela yang tengah bersedekap dada menunggunya keluar dari ruang koperasi.

"Lo nungguin gue?" Cikko menunjuk dirinya sendiri saat melihat Riela yang tadinya menyender jadi tegak begitu melihatnya.

Gadis itu mengangguk malas, selalu ekspresi itu yang ditunjukkan Riela saat berinteraksi dengannya, Cikko tersenyum geli. "Why? tumben."

Masih tanpa suara, Riela menyerahkan paperbag yang sedari tadi dipegangnya pada Cikko.

Cowok itu mengernyit bingung, "Apa?"

Riela menghela napas, "Jaket lo."

Terlihat cowok itu ber oh ria sebelum menyambut paper bag tadi.

"Makasih." Riela belum sempat mengucap terima kasih pada lelaki itu waktu kemarin karena terlanjur malu.

Cikko tersenyum simpul, lalu mengangguk. "Sama-sama. Santai aja sama gue mah."

Riela mengangguk. "Kalo gitu gue duluan,"

"Eh, mau ke kelas?"

Riela mengangguk malas, ingin cepat-cepat pergi dari sana. Ia tidak mau ya kalo sampai ada yang memergoki mereka berdua di sini, sudah cukup dengan gosip murahan yang sering beredar itu.

"Bareng aja yuk!"

Dan tentu ajakan itu Riela tolak tanpa berpikir dua kali. Riela sudah janji akan bersikap seperti dulu lagi pada Cikko, walaupun beberapa hari terakhir ini mereka sering bersinggungan tanpa sengaja, Riela tidak punya niatan untuk berteman atau dekat dengan Cikko.

Selain karena cowok itu playboy, Riela tidak suka dengan fans Cikko yang bar-bar, apalagi mantan-mantannya.

"Makasih, tapi gue mau sendiri." Setelah berucap begitu gadis itu langsung berlalu meninggalkan Cikko yang tengah bergeleng kepala melihat kepergiannya.

Kekehan kecil keluar dari mulutnya, sebelum memutuskan pergi ke kelasnya juga.

🦎🦎🦎

Begitu bel pulang berbunyi, Cikko dengan segera membereskan alat tulisnya. Hari ini, dia sudah punya janji untuk menjemput Beril, syarat yang gadis itu berikan waktu kemarin ngambek karena tidak jadi jalan.

"Mau kemana, Cik?" tanya Ifzhal penasaran melihat temannya yang begitu tak sabaran ingin keluar kelas setelah guru pengajar keluar.

"Jemput si Beril njir." Cikko menjawab seraya memakai jaketnya cepat.

Juan mendengus geli, "Mulai bucin lo?"

"Wihh sudah terlihat hilal mau tobat dari kekadalan nih," timpal Ali tersenyum meledek, diikuti Rafin yang bersorak.

"Cieee bucin!"

Cikko mendengus, menggendong tas ranselnya. "Bukannya gitu blog!"

Ia menghela napas, "Gue cuma gak enak aja kalo sampai telat, soalnya udah beberapa kali gue batalin acara jalan kita,"

"Kenapa emang dibatalin?" Rafin mewakilkan pertanyaan yang lain.

"Si Gia?" Juan menaikkan alisnya.

PLAYBOY MILLENNIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang