♡ 29

9.9K 482 6
                                    

Alunan musik menemaninya di tenga-tengah kemacetan. Jarinya mengetuk stir sesuai dengan irama lagu tersebut. Salahnya memilih untuk berlama-lama di kantor hingga ia harus ikut serta dalam kemacetan padat ini. Memang ini sedang jamnya semua pekerja pulang, jadi ia tidak bisa melakukan apapun selain pasrah. 

Layar handphonenya menampilkan pesan. Mira membukanya.

Mas Raka :

Kamu dimana?

Gadis ini hanya membacanya saja tanpa ada niat untuk membalasnya. Perasaannya kini tengah kecewa kepada lelaki itu. Ia tau ini terlalu berlebihan. Tapi mengingat bahwa lelaki itu adalah Raka, orang yang pernah membawa perempuan lain ke rumah di hadapannya, sulit untuk tidak merasa kecewa.

Sejak pagi tadi ia sudah berada di toko. Sebenarnya ia malas. Tapi ketika mendapatkan pesan dari sang ibu bahwa mereka ingin mengunjunginya rumah, Mira langsung bersiap menuju ke tokonya. Katakanlah ia kurang ajar. Karna Bam termasuk ke dalam 'mereka'.

Mas Raka :

Angkat

Mira berdecak kesal. Ia mematikan data selulernya.

Untungnya sebelum pulang ia sempat mampir ke toko roti yang berada di sebrang tokonya. Jadi sekarang ia bisa menunggu macet sambil menikmati berbagai macam donat.

***

Ditaruhnya sepasang sepatu ke rak yang sudah disediakan. 

Mira melangkah masuk. Ketika melewati ruang tv, ia dikagetkan dengan kehadiran Raka. Lelaki itu tengah menatapnya, tatapannya yang tajam dengan tangan yang bersedekap dada.

"Kamu darimana? kenapa ngga angkat telpon?" suaranya terdengar mengerikan.

"Toko," jawab Mira singkat. Gadis itu melanjutkan langkahnya. Dirinya sungguh lelah. Berdebat bukanlah hal yang ingin ia lakukan sekarang.

Raka melangkah ke Mira, ia menarik tangan istrinya itu. "Kamu kenapa sih dari kemarin?" herannya.

"Aku kenapa? pake ditanya," Mira menjawab sinis.

Raka tidak mengerti maksud gadis itu. "Kalau saya ada salah bilang, Mira. Saya ngga akan tau kalau kamu diam gini."

"Pikir aja sendiri. Aku capek mas, mau istirahat," Mira berusaha melepaskan cekalan tangan Raka. Bukannya melepaskan, Raka malah tambah mempererat. "Lepasin mas."

"Saya ngga bakal lepasin sebelum kamu jawab jujur. Kamu kenapa?"

Mira mengambil benda persegi di tasnya. Ia mencari video itu di galeri, setelah mendapatkannya, gadis ini memberikan handphonenya dengan kasar. "Lihat!"

Raka mengambil handphone milik Mira dengan satu tangannya, sedangkan satu tangannya masih mengenggam tangan mungil Mira.

"Pantas ya kamu pulangnya lama. Ternyata ada yang bikin betah disana," sindir Mira. 

Raka menatapnya. "Mira. Ini ngga kayak yang kamu pikirkan."

Klasik.

"Mungkin lebih parah dari yang aku pikirkan, iya kan mas?"

"Mira!" tegur Raka.

"Kenapa?" balasnya tak kalah keras. "Aku selama ini coba untuk percaya kamu lagi mas. Tapi dengan mudahnya kamu-"

"Ngga, Mira. Kamu coba tenang dulu," ujar Raka melihat Mira yang begitu menggebu-gebu. Tak ada ketakutan di setiap perkataan gadis itu. Matanya menunjukkan bahwa ia sedang marah dan juga...

Kecewa.

"Udahlah mas. Terserah. Aku capek."

***

Suasana pagi yang kelabu. Langit tampak mendung siap menumpahkan rintik-rintik yang membasahi bumi. Matahari memilih untuk bersembunyi. Segumpalan awan hitam memenuhi langit pagi ini.

Akhir dari kisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang