♡ 7

19.6K 871 5
                                    

Mira memasuki rumah megah kediaman Prasetyo. Keluarga ini memang sangat kaya. Perusahaan yang memiliki banyak cabang, usaha-usaha yang bisa masuk dimana saja, pokoknya tajir dah.

Hari ini. Hari dimana dia akan bertemu lagi dengan Shintya, Bam, dan Raka.

Jujur ia sangat gugup.

Saat ingin memasuki pintu.

Deg

 ia mendengar jelas suara Bam.

"Emang anak itu-"

"Sudahlah Bam. Itu keputusan Mira, kita harus menghormatinya. Walaupun sejujurnya saya juga ngga pengen kayak gini," Prasetyo mengintrupsi.

Dengan ragu, Mira melangkah masuk.

Ternyata mereka sudah berkumpul semua.

Semua pasang kini mengarah kepadanya.

Ia pun menyalimi Prasetyo, Shinta, Tari dan Bam.

Tangan Mira mengantung karna Bam tak membalasnya.

"Mira duduk nak," Prasetyo tau keadaan.

Mira pun bingung ingin duduk dimana, tidak ada tempat kosong selain di samping Raka.

Dia menghela nafas dan duduk.

"Tidak perlu basa-basi lagi, kita langsung saja ke intinya," ujar Prasetyo serius.

Mira hanya mendengarkan perkataan orang tua. Mira belum boleh berbicara, dia disuruh mendengar terlebih dahulu.

Ketika dia menoleh padangannya bertemu dengan Raka. 

"Mira, sekarang kamu boleh ngomong apa aja. Hal apa yang sampai membuat kamu ingin berpisah atau bahkan kelakuan Raka selama ini," suruh Prasetyo.

Mira tersenyum, "Aku ngerasa emang udah ngga cocok aja. Udah ngga bisa dilanjutin. Mas Raka selama ini baik kok, dia-"

"Bohong," ujar Raka sangat pelan.

"Dia suami yang baik," Mira tersenyum melanjutkan.

"Ya kalau suami baik kenapa pisah Mira!" bentak Bam.

Tubuhnya bergetar. Keringat dingin mengucur. Bayang-bayang Bam memukuli dan ucapan Bam berputar di otaknya.

"Mira!"

"Aku udah ngerasa ngga cocok yah," suara Mira bergetar.

"Alah alasan kamu itu. Kenapa kamu punya cowok lain? siapa simpananmu itu. Dasar cewek matre!"

Ayah. Bagaimana pun, aku anak perempuanmu kan? bagaimana bisa ayah mengucapkan itu di depan orang-orang.

"Yah. Kenapa tega bicara seperti itu ke anak perempuan ayah?" Raka duduk tegap. Ia memandang datar Mira yang gemetaran. 

"Bam!" kini Prasetyo.

"Yah. Ngucap. Ini anakmu sendiri. Darah daging kamu!" Tari berteriak.

Yah. Aku Mira. Anakmu.

Tangan Mira tremor hebat. Ini sudah biasa terjadi ketika ia sedang panik.

Greb

Tangan besar Raka mengenggamnya.

"Kenapa gemetaran?" tanyanya pelan.

Ya pake ditanya lagi.

Mira menarik tangannya paksa. Tapi Raka malah makin menguatkan.

"Raka gimana?" tanya Prasetyo.

"Aku setuju dengan Mira. Memang kami udah ngga cocok. Jadi-"

"Oke. Keputusan sudah bulat ya."

"Kalian akan berpisah."

"Mami setuju. Emang seharusnya kalian berpisah," akhirnya Shinta nimbrung.

"Mira, ayo ikut papi ke belakang dulu," ajak Prasetyo.

Mira pun berdiri. Eh- hampir ia jatuh ke belakang karna Raka masih memegang tangannya.

"Lepasin," Mira menghentak tangan besar Raka.

***

Akhirnya ia bisa pulang.

"Mira," panggil Tari.

"Kenapa bu?"

"Perkataan ayah jangan terlalu kamu pikiran ya?"

Bagaimana bisa ia tidak memikirkan perkataan Bam?

Mira mengangguk, "Iya bu.", "Ibu langsung pulang?"

"Ngga. Ibu mau masih disini. Kan ketemu teman lama ibu sama ayah."

"Yaudah. Mira pulang deluan ya bu."

Gadis ini melambaikan tangannya kepada Tari. Tapi pandangannya malah teralih ke lelaki yang sedang duduk di dalam yang ternyata juga sedang menatapnya.

Segera mungkin Mira memutuskan kontak mata dengan Raka.

Ntah apa yang masih dilakukan oleh orang-orang di dalam sana. Kemungkinan masih membahas masalahnya dengan Raka. Mira memutuskan pulang deluan. Karena ia tidak sanggup melihat Bam. Dadanya sungguh sesak.

Mira pun berjalan ke mobilnya. Ia masuk dan memasang seal beltnya. Dan kembali pulang ke apartemennya.

***

HALLO SEMUANYAA~~

BUAH FAV KALIAN APAA? KALAU AKU SIE PISANG YYA KARENA SRIUS ITU ENAK BANGET!!

CERITA DONG AP AJJ YG BUAT KALIAN BAHAGIA HARI INI?

ATAU YANG BUAT KALIAN SEDIH?

SEHAT-SEHAT YAA~~

~raa

Akhir dari kisahWhere stories live. Discover now