♡ 15

18.3K 682 5
                                    

Dentingan suara sendok yang beradu dengan piring mengawali pagi harinya. Semua keluarga tengah sarapan di tempat yang berbeda dengan tamu lain.

Suara gelak Prasetyo bercampur dengan gelak milik Frans-suami Sari- entah apa yang dua pria itu bicarakan.

Meja antara perempuan dan laki-laki dibedakan. Namun tetap satu baris.

Mira duduk di sebelah Nana, perempuan itu tampak sibuk dengan balita di pangkuannya. Balita bernama Kiana itu sibuk menyemburkan makanan di mulutnya. Bibir merahnya menyibil setiap sang mama berusaha memasukkan makanan.

"Ayo dong Kia, mam dulu," sebal Nana. 

"Atatatata," jawab Kia.

Mira tergelak, "Sini Na, Kia sama aku, kamu belum makan daritadi kan? kamu makan aja dulu," ujar Mira karna dia sudah selesai makan.

"Ngga usah Mir, biar aku aja," tolaknya halus.

"Udah sini," pinta Mira. Akhirnya Nana menaruh Kiana dipangkua Mira serta memberikan mangkok buburnya.

"Jangan bandel ya kamu Kia! mama liatin dari situ," ujar Nana. Lalu ia pergi mengambil makanannya di prasmanan.

"Kia mam dulu ya," ucap Mira lembut. Ia memainkan sendok milik Kia seperti sedang menerbangkan pesawat, "Aaaa."

"Ndandanda," balita 1 tahun itu menutup mulutnya.

Ternyata tidak semudah itu.

"Mir kalau dia ngga mau, coba ajak ke luar, tuh di taman, biasanya dia mau makan kalau suasananya gitu," ujar Nana. "Fighting Mira!"

Mira berdiri sambil mengendong Kiana. Dia berjalan ke taman mini di lantai atas. Melihat ada ayunan, Mira pun duduk disana bersama Kiana.

***

Lelaki ini tidak sedetik pun mengalihkan matanya dari gadis yang tengah menikmati sarapan paginya. Seluruh gerak-gerik Mira ia perhatikan.

Ntah mengapa melihat Mira lebih menarik daripada mendengarkan ocehan bapak-bapak yang sibuk membahas dari a sampai z.

Senyum tipisnya muncul ketika melihat Mira yang tampak lucu bermain dengan Kiana. Gadis itu berusaha mendapatkan perhatian Kiana yang tampak acuh. Namun akhirnya Kiana luluh dengan Mira, balita itu tergelak ketika Mira melakukan 'cilukba'.

"Ngga usah diliatin gitu juga kali," bisik Rendi.

Raka menoleh sebentar, lalu kembali menatap Mira. Gadis itu berdiri? mau kemana dia? terlebih lagi mengendong Kiana.

Setelah tau Mira pergi ke taman.Ia diam sejenak. Kemudian ia pamit untuk pergi ke taman juga.

"Ngga bakal ilang bini lo," ejek Rendi.

Prasetyo tergelak, "Sudah sana nyusul istri kamu," ada rasa senang di dalam hatinya.

Raka membuka pintu menuju taman. Ia melihat Mira dan Kiana yang sedang duduk di ayunan. Angin sepoi-sepoi ditambah dedaunan hijau yang menyegarkan mata membuat suasana disini sangat nyaman.

"Kia, liat tuh daunnya, goyang-goyang ya dia, aaaa," sesuap bubur berhasil masuk.

"Yayyy, Kia pinter," seru gadis itu masih belum menyadari kehadiran Raka.

"Nanti kalau gede Kia mau jadi apa?"

"Atatatata."

"Wah mau jadi dokter? hebat Kia, nanti bisa nyuntik orang. Tapi jangan suntik tante ya, tante takut," oceh gadis itu.

"Orang dia ngga jawab," sahut Raka.

Mira menoleh, "Eh? ngapain kamu disini?"

"Inikan tempat umum," jawab Raka. Ia ikut duduk di ayunan.

Akhir dari kisahWhere stories live. Discover now