♡ 14

17.2K 678 7
                                    

Suara berisik di ruangan ini membuat Mira hanya bisa tersenyum. Ruangan luas yang diisi oleh keluarga Raka beserta para MUA yang dikhusukan 1 orang 1 MUA. Untungnya ruangan ini luas, jadi tidak begitu terasa sumpek.

"Kulitnya bagus banget jeng, pake krim apose?" tanya pria gemulai yang sedang mendadani Mira.

"Aku pake skincare merk pearl, bagus banget," jawabnya.

"Oh, iyasih, teman-teman aike juga pake krim itu. Pricey ya wak."

"Ada harga ada kualitas lah ya."

"Kamu sendiri pake skincare apa? kulit kamu kenceng loh, terus bulu matanya aduhh lentik banget," puji Mira.

"Bisa aja..."

Pembicaraan mengalir begitu saja.

"Mau pake lipstik yang mana?"

Mira memilih warna nude, "Ini aja."

Mira menatap dirinya di kaca, alisnya yang begitu tegas membuat Mira ingin tergelak rasanya. Tidak tau kenapa.

"Cantik banget kamu," puji Sri yang tiba-tiba datang dari belakang.

Mira tersenyum, "Makasih. Tante lebih kok."

"Bisa aja kamu."

***

Melewati koridor hotel megah ini, lampu-lampu kristal dan guci mahal yang ada di setiap pojok ruangan, dan jangan lupakan lilin-lilin bak di istana.

Setelah selesai didandani dan rambutnya dicatok, Mira kembali ke kamar untuk memakai baju yang akan ia pakai malam ini.

Karna acara ini memiliki dress code, hitam untuk pria dan putih untuk perempuan.

Mira akan mengenakan baju dress putih polos. Ya, tidak ada pernak-pernik di bajunya. Tanpa ditulis pun seharusnya orang tau, bahwa yang memiliki acara ini Shinta dan Prasetyo, jadi yang harus 'terlihat' ya mereka berdua, terlebih Shinta.

"Mira!" panggil seseorang. Mira menoleh ke belakang, Prasetyo berjalan ke arahnya.

"Kenapa pi?"

"Itu kamu suruh suami kamu siap-siap. Tadi papi liat dia masih pake baju kaos sama boxer doang. Ada-ada aja itu anak!" ujar Prasetyo dengan nada jengkel.

Mira tersenyum, "Iya, nanti aku bilangin."

"Tolong ya. Kamu sendiri udah siap belum?"

"Ini tinggal ganti baju, udah itu selesai."

"Yasudah, sana marahin suami kamu."

"Iya, iya. Papi udah makan belum? nanti bakal rame orang loh pi, isi tenaga dulu."

"Oh ya, makasih udah ngingetin papi ya."

***

"Mas kamu belum siap-siap?" seru Mira ketika baru masuk. Bagaimana tidak, Raka sedang duduk di sofa sambil menatap layar laptopnya.

"Ntar. tanggung," balasnya tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya.

"Ini udah jam berapa, lagian ngerjain apasih?"

"Urusan kantor. Saya kan tinggal pake baju, ngga perlu ribet kayak kamu."

"Ribet apaan."

"Itu ngasih merah-merah di pipi, bibir," Raka menunjuk pipi dan bibir. "Terus itu rambut kenapa jadi brokoli?"

Mira memasang muka bete. Dia duduk berjam-jam, pantatnya sampai terasa kebas, tapi malah mendapatkan respon begitu. Bukan, dia bukan ingin dipuji oleh lelaki menyebalkan di depannya ini. Tapi setidaknya tidak usah komentar.

Akhir dari kisahOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz