♡ 6

20.2K 855 15
                                    

3 hari berlalu begitu saja.

Mira bangun dari tempat tidurnya. Ia membuka jendela dan duduk di balkon. Udara sejuk sebab semalam habis hujan. Memang aroma bekas hujan itu sangat enak.

Setelah pergi dari rumah Raka, Mira tinggal di apartemen yang sudah ia beli 6 bulan yang lalu.

Akhirnya ia menempati apart yang tlah lama kosong ini.

Ah, seharusnya ia bersiap-siap. Hari ini ia akan bertemu Prasetyo. Yang pastinya bukan di kediaman lelaki itu. Mira yang meminta untuk bertemu di luar, akhirnya mereka memilih taman yang tak jauh dari apartnya.

Handphonenya berdering.

"Hallo," suara disebrang sana.

"Iya kenapa?"

"Ke toko ngga lo?" tanya Caca.

"Ngga dulu deh," Mira mengusap rambut panjangnya ke belakang.

"Yaudah deh. Bye."

Mira menaruh handphonenya.

Handphonenya kembali berdering.

"Hallo," sapanya.

"Haii nyettt," menyebalkan.

"Mau apa lo, buru."

"Gila. Sans nyet," kikik perempuan itu.

"Ketemuan yuk," ajak Embun.

"Kapan?"

"Hari ini lo bisa ngga?"

"Bisa. Agak siangan tapi yup."

"Oke. Gue ajakin Galang ya."

"Oke. Bye."

Setelah menutup sambungan telpon. Mira bangkit dan langsung mandi.

***

Mira berjalan menuju kursi yang diisi lelaki tua itu.

"Papi," panggil Mira.

"Mira," Prasetyo berdiri dan memeluknya, "Apa kabar nak?"

"Baik. Papi sendiri gimana?"

"Papi selalu baik dong."

Mira memberikan segelas kopi, "Ini aku beliin untuk papi."

"Makasih Mira."

Mereka berdiaman untuk beberapa menit, menatap dedaunan yang bergoyang ditiup angin.

Hingga akhirnya Prasetyo membuka suara.

"Papi minta maaf untuk semua yang terjadi di kehidupan kamu selama pernikahan ini ya nak," Prasetyo menatapnya sedih.

"Memang saya ini egois sekali."

Mira memegang tangan Prasetyo, "Aku yang harusnya minta maaf papi. Aku gagal pertahanin pernikahan ini. Aku udah berusaha papi, tapi rasanya emang udah waktunya aku berhenti."

"Mira, kamu kuat sekali ya. 2 tahun yang sangat sulit tapi kamu masih bisa kuat."

"Aku ngga sekuat itu papi," parau Mira. "Aku emang ngga pernah kuat."

"Maaf ya nak," ulang Prasetyo.

"Pipi kamu?" ujar Prasetyo.

"Oh ini, ngga papa kok, blush on aku ketebelan," Mira tersenyum.

Prasetyo tersenyum seolah mengetahui bahwa gadis di depannya ini sedang berbohong. Tidak mungkin blush on tebal sebelah kan?

"Mira. Jadi keputusan kamu?"

Akhir dari kisahWhere stories live. Discover now