♡ 10

21.7K 784 10
                                    

Suasana siang yang terik ditambah jalanan yang macet dapat membuat siapa saja yang berada di kondisi ini badmood. Pendingin yang sudah ia fullkan bahkan tidak berasa. Mira mengikat rambut panjangnya, membuka dua kancing kemeja teratasnya. Tetap saja tidak berpengaruh.

"Hallo semuanya, balik lagi nih di radio kesayangan kalian semua. Udah pada makan siang belum? siang-siang gini enaknya minum es ngga sih? uh mantep banget ditambah cuaca yang panas banget ini," suara lembut pengisi radio.

Mira sedang menuju ke rumah mertuannya. Prasetyo mendadak mengajak untuk bertemu. Katanya ada yang mau dibicarakan.

Awalnya ia menolak untuk bertemu di rumah lelaki itu, tetapi setelah Prasetyo menjelaskan bahwa Shintya sedang tidak ada di rumah membuatnya menyetujui itu.

Tapi sudah 30 menit ia terjebak di kemacetan parah ini. Tidak ada pergerakkan sama sekai sedari tadi. 

Mira pun mengambil handphonenya, ia mencari kontak Prasetyo.

"Hallo papi," ujarnya setelah tersambung.

"Iya, nak, udah di depan ya?"

"Eh ngga pi, aku kejebak macet. Ini makanya mau ngabarin papi kalau mungkin datangnya agak telat, ngga papa kan?"

"Oh iya tenang aja. Jadwal papi hari ini kosong kok," jelas Prasetyo.

"Papi mau ngomongin apasih?"

"Ya, adalah, pokoknya datang kesini aja dulu oke?"

Mira mengangguk, "Iya, tungguin ya," Mira memutuskan sambungan telphone.

***

Kurang lebih 1 setengah jam ia terjebak macet. Kini ia sudah berada di rumah Prasetyo. Sebelum turun, ia memperbaiki penampilannya. Merapikan rambut yang berantakan dan memberi sedikit pewarna di bibirnya. Setelah sudah, ia pun turun.

Ding dong

Mira menekan bel rumah.

"Oh mba Mira, masuk mba, bapak ada di taman," muncul Tuti-art-. Wanita itu membukakan pintu untuk Mira.

"Makasih ya bu," ujar Mira dan langsung menuju ke taman.

Taman berada di belakang rumah. Taman yang berisi bermacam bunga, ditambah kolam berenang yang sangat luas dan air mancur yang menambah kesan mewah di rumah ini.

"Papi," panggil Mira. 

Lelaki itu menoleh, "Hey, sini nak," Prasetyo mengayunkan tangannya.

"Maafin ya aku telat terus ngga bawa apa-apa," Mira duduk di samping Prasetyo.

"Iya ngga papa, ngga usah repott-repot."

"Ini mba," Tuti datang membawa secangkir teh hangat. Mira pun mengucapkan terima kasih.

"Gimana toko kamu?"

"Alhamdullilah rame pi. Rencananya Mira mau nambah satu karyawan lagi deh, soalnya kasian karyawan yang sekarang, kewalahan gitu," ucap Mira.

"Ya baguslah kalau toko kamu lancar," Prasetyo tersenyum.

"Papi masih suka mancing?" tanya Mira. Dulu Prasetyo sering mengchat dirinya, mengirimkan  foto dirinya sedang memancing dan tak jarang ia membawakan ikan hasil pancingannya baik yang sudah diolah maupun belum.

"Sekarang udah jarang. Papi sekarang lagi suka main golf," ujarnya.

"Wihh, dah jadi bapak-bapak kece dong?" Mira tergelak begitu juga Prasetyo.

"Jadi papi suruh kamu datang kesini karna papi mau minta tolong sama kamu," Prasetyo menatap Mira.

"Minta tolong apa pi?" tanya Mira.

Akhir dari kisahWhere stories live. Discover now