14. Awal

8 1 0
                                    

Happy reading🥲

.
.
.

Lunara kembali menjejakkan kaki ke Taman, ia berdiri dengan mata lurus menatap laki-laki yang tengah duduk bersilah di atas kursi panjang. Wajahnya termenung dengan tangan yang terus menggoyangkan gelas anggur.

Atlan sadar betul jika Lunara sejak tadi mengamatinya, ia tersenyum smirk lalu meneguk segela anggur hingga tandas. Dan melempar kasar gelas kosong hingga hancur berserakan di tanah.

Atlan menoleh dan memiringkan kepala kesamping, menatap Lunara dengan senyum miring, "Tunangan Lucas, kemarilah. Aku tahu kau penasaran denganku."

Lunara mengedipkan mata berkali-kali, laki-laki ini menebak isi otaknya dengan mudah. Atau wajahnya sendiri menunjukkan semua.

"Iya."

Senyum miring kembali terukir di bibir Atlan.

"Kemari," tukas Atlan sambil menepuk bangku kosong di sampingnya.

Lunara terdiam sejenak, tapi kedua kakinya terus melangkah mendekati Atlan.

"Apa kau punya pertanyaan untukku adik ipar?" Tanya Atlan sambil mencolek dagu Lunara.

Lunara mengusap dagunya dengan kasar, "Tidak."

"Lalu untuk apa gadis sepertimu menemuiku?" Tanya Atlan sambil mengorek telinga menggunakan jari tengahnya.

"Aku hanya sedikit penasaran denganmu."

Atlan terkekeh pelan, "Apa adikku sama sekali tak pernah menceritakan kakaknya padamu?"

Baru saja Lunara akan membuka mulut, jari Atlan lebih mendarat di bibirnya.

"Sutttt....aku tahu jawabanmu, ya kami memang tak sedekat itu," kata Atlan sambil mengedikkan bahu.

"Apa karna kamu tidak membenci Lucas?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kalian tidak akrab?"

Atlan berdecak kesal, ia menatap sengit Lunara, "Kau ini sangat cerewet ya? Kenapa tidak tanyakan langsung pada tunanganmu itu."

Lunara menghela nafas pelan, "Kami juga tidak sedekat itu."

Hahaha

Tawa Atlan menyembur, lalu menghentikan tawa itu dengan tiba-tiba. Ia menatap Lunara tajam, "Aku bercanda, aku tahu kepalsuan yang kalian lakukan."

Lunara membulatkan matanya kaget, "Apa kamu mendengar pembicaraan kami di Taman?"

"Ya. Kalian sangat kaku dan canggung," jelas Atlan sambil mangut mangut dengan bibir mencebik.

Lunara memijat pelipisnya pelan, "Aku harap kamu dapat menutup mulut dengan rapat."

"Aku tidak peduli," ucap Atlan lalu bangkit.

Atlan berjalan pergi menjauhi Lunara yang masih duduk dengan mata yang tak lepas dari Atlan.

__________________

"Nona!"

Ema berlari menuju Lunara yang sedang mengikat rambut, ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai yang di lapisi karpet dengan nafas tak beraturan.

Lunara menghampir Ema yang tengah terbaring kelelahan, ia juga menjatuhkan tubuhnya di samping Ema.

Ema menatap Lunara bingung, ia masih mencoba mengatur nafas, "Nona, kenapa ikut berbaring di lantai?"

"Karna kamu berbaring disini," jawab Lunara sambil menatap langit-langit kamar.

Ema menepuk dengan dahinya, "Astaga! Saya lupa. Sebenarnya saya kemari untuk mencari Nona."

"Kamu sudah memutari seluruh Kastil ini Ema," ucap Lunara sambil terkekeh pelan.

"Tentu saja Nona, anda tiba-tiba menghilang dari Pesta pertunangan anda sendiri. Tuan Alberto juga mencari anda kemana-mana."

"Aku sudah bilang pada Pangeran Lucas ingin ke Taman, " jawab Lunara santai.

"Tapi saya mendengar Pangeran mengatakan jika Nona tiba-tiba menghilang begitu saja," kata Ema dengan cepat.

"Mungkin Pangeran tidak mendengar saat aku bilang padanya," ucap Lunara dengan senyum kaku.

Ema bangkit dan menarik tangan Lunara, "Mari kembali kesana."

Lunara balik menarik tangan Ema, hingga wanita itu kembali terbaring di sampingnya.

"Kepalaku sedikit pusing Ema, sepertinya aku butuh istirahat."

"Anda sakit Nona?" Tanya Ema sambil menyentuh dahi Lunara dengan punggung tangan.

"Aku baik-baik saja," ucap Lunara sambil menyingkirkan tangan Ema.

"Kalau begitu saya harus memberitahu hal ini pada Tuan." Ema kembali bangkit, tapi Lunara lebih dahulu menahannya.

"Tunggu. Aku ingin bertanya dimana kedua kakakku? Maksudku ini hari pertunangan adik mereka, aku bahkan tak melihat bayangan mereka."

"Anda benar-benar tidak tahu Nona?" Tanya Ema dengan wajah kaget.

"Cepat katakan Ema."

"Nona Gisella di kurung oleh Tuan, dan Tuan muda Victor mendadak pergi sejak 2 hari lalu."

"Gi- Kenapa dia dikurung?"

"Saya kurang tahu Nona, tapi saya mendengar setelah Nona pergi daru ruangan Tuan Alberto, beliau langsung pergi menemui Nona Gisella."

"Aku tak percaya, setelah apa yang aku katakan kemarin tak merubah sedikitpun pikirannya," guman Lunara lalu berdecak pelan, "Kemana perginya Kak Victor?"

"Saya tidak tahu Nona, Tuan muda pergi menunggang kuda sendirian dengan wajah marah."

Hidup Calista ternyata sangat rumit, ia rindu hidupnya yang membosankan dan hampa itu. Ia juga tak percaya, ada titik di dalam hidupnya yang aneh begini. Terdampar di Negri Atlantis.

Lunara bahkan sampai lupa, karna Pangeran Lucas terus saja menariknya dalam masalah.

"Em, apa kamu sejarah singkat Negri ini?"

Ema mengerutkan kening bingung, "Tentu saja Nona, anda bahkan lebih tahu dari saya."

"Itu....aku hanya inging tahu seberapa banyak pengetahuanmu soal Negri ini," ucap Lunara cepat sambil menggaruk pipi.

"Atlantis ada karna kebaikan Dewa Poseidon, dan sang Dewa memilih Raja Atlas yang memimpin negri ini."

"Maksudmu Dewa poseidon dan Raja Atlas pernah bertemu?" Tanya Lunara dengan wajah bingung.

"Saya tidak tahu Nona. Tapi yang mulia berumur panjang, beliau dengan susah payah membangun tembok besar untuk melindungi rakyatnya."

"Raja membangun tembok sebesar itu sendiri?"

"Saya tidak tahu Nona. Mungkin yang mulia mendapat bantuan dari Dewa agung."

"Bukankah membangun tembok sebesar dan setinggi butuh waktu yang sangat lama," gumam Lunara dengan wajah yang berpikir keras.

"Tapi sejak beberapa dekade, yang mulia Raja melarang rakyatnya membangun kuil Dewa. Sekarang juga beberap kuil terbengkalai dan menjadi sarang laba-laba."

__________________

To be continue.

My AtlantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang