27. Perpisahan Tanpa Pertemuan

86.1K 10.7K 5.6K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah pada kami pahala atas musibah yang menimpa kami dan berilah kami ganti yang lebih baik atas kehilangan ini."

- Lentera Senja -

"Istri Lettu Zayyan keguguran," beritahu dokter dengan berat hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Istri Lettu Zayyan keguguran," beritahu dokter dengan berat hati.

Zayyan terdiam. Pikirannya masih mencoba mencerna kata-kata dokter.

"Maksud Dokter apa? Dokter jangan bercanda," Zayyan terkekeh kecil karena pikirannya mengatakan ini tidak mungkin.

"Saya tidak sedang bercanda, Lettu Zayyan. Istri anda, Nyonya Haura dinyatakan keguguran."

Seketika Zayyan bangkit dari duduknya. "Dok?"

"Istri saya tidak hamil, Dok. Bagaimana mungkin dia kegugu-,"

Pikiran Zayyan melayang pada apa yang terjadi dengan istrinya selama beberapa hari terakhir. Kesehatan Haura memang menurun akhir-akhir ini. Dia seringkali merasa pusing dan sesekali mual. Apa jangan-jangan itu tanda-tanda kehamilan?

"Astaghfirullahal'adziim," lirih Zayyan. Seketika jari-jari tangannya melemah. Wajahnya terlihat pucat dan panik.

"Dok?"

"Lettu Zayyan, kami sudah menjalani serangkaian tes. Dan memang benar, setelah di USG, ada tanda-tanda bahwa di dalam rahim Nyonya Haura sebelumnya terdapat janin. Kami juga sudah menemukan ciri-ciri keguguran pada Nyonya Haura."

"Setelah kami melakukan observasi, penyebab kuat keguguran ini karena lemahnya rahim. Terlebih kami meyakini Nyonya Haura melakukan aktivitas fisik yang cukup berat sebelum ini, benar begitu Lettu Zayyan?"

Zayyan sudah tak kuasa berdiri tegak, ia bersandar di dinding. "I-Iya, Dok. Wallahi, saya tidak tau kondisi kehamilan ini. Jika saya tahu, pasti saya tidak akan membiarkan Haura melakukan aktivitas seberat ini," jawab Zayyan.

"Dokter.. Dokter. Nyonya Haura sudah sadar," beritahu seorang perawat.

"Lettu Zayyan bisa menyusul, saya akan periksa kondisi Nyonya Haura pasca keguguran ini."

Zayyan memejamkan matanya. Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Bagaimana ia harus menyampaikan pada Haura perihal keguguran ini?

Membayangkan bagaimana perasaan Haura saat tahu jika  keguguran, bahkan saat belum sadar jika pernah mengandung. Menyesali betapa lalainya dirinya karena tidak bisa menjaga istrinya hingga mereka harus kehilangan calon anak mereka.

"Ya Rabb.." lirih Zayyan, bahkan tanpa sadar air matanya sudah mengalir.

"Abang...kuat ya, Nak. Perasaan Haura akan semakin hancur jika tiba-tiba melihat Abang dalam kondisi seperti ini," sebuah usapan lembut di pundaknya membuat Zayyan tersadar akan kehadiran sosok bundanya.

Lentera Senja (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang