25. Ketika Adam Menemukan Hawanya

89.6K 9.9K 3.4K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ya Allah, saat ini saya datang kembali untuk memenuhi panggilanMu. Tapi sekarang saya tidak sendiri, saya datang bersama perempuan yang kehadirannya pernah saya minta di sini."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

Setelah menempuh jarak kurang lebih 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menempuh jarak kurang lebih 7.911 km dan mengudara dengan pesawat selama hampir 10 jam lamanya, kini Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz menjadi bandara terakhir setelah turun dari burung besi nan gagah yang telah mengantarkan dua pasutri ini hingga tiba di Jeddah sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah.

Kota yang penuh berkah, menjadi tempat kelahiran nabi akhir zaman, tempat yang menjadi pusat peradaban Islam. Rasulullah mulai mendapat wahyu dan menyebarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi kemudian terang-terangan dimulai dari sana. Kota yang tak pernah sepi dikunjungi oleh jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia.

Bangunan kokoh dengan ditutup kiswah atau kain berwarna hitam berhiaskan ayat suci al-quran yang menjadi kiblat umat muslim di seluruh dunia. Itulah kakbah yang tak pernah sepi orang-orang berthawaf. Lantunan kalimat talbiyah dan dzikir membuat suasana seolah selalu dikelilingi kebaikan dan keberkahan.

"Mas, ini kita beneran sudah ada di depan Kakbah?" Haura menatap kagum bangunan mulia di hadapannya. Air mata haru mengalir deras membasahi pipinya.

Zayyan merangkul pundak perempuannya. "Iya, Sayang. Sekarang kita ada di depan kakbah," jawab Zayyan ikut terharu saat memandangi kakbah.

"Mas bahagia sekali. Dulu Mas kesini sendiri, tapi sekarang Mas datang bersama perempuan yang kehadirannya Mas minta di sini, tepat dihadapan kakbah. Mas merasa dejavu sekarang. Bedanya kalau sekarang sudah ada kamu." Zayyan menoleh menatap tepat pada netra hitam perempuannya yang kini tersipu.

"Mas.." Haura menyandarkan kepalanya di pundak Zayyan.

"Ya Allah, saat ini saya datang kembali untuk memenuhi panggilanMu. Tapi sekarang saya tidak sendiri, saya datang bersama perempuan yang kehadirannya pernah saya minta di sini," ungkap Zayyan tersenyum penuh makna, mengusap pundak Haura lembut sambil memandangi kakbah.

"Terimakasih Engkau telah mengirimkan perempuan berparas bidadari dan berhati malaikat seperti dia untuk hadir dalam kehidupan saya, menjadi perempuan saya, dan penyejuk mata saya. Jangan pisahkan kami selain karena ajal, Ya Rabb. Wallahi, saya sangat mencintai Haura Jennaira."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lentera Senja (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang