13. Jawaban Sepertiga Malam

107K 13.3K 2.8K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Perempuan itu manusia. Sedangkan cinta itu fitrah. Perempuan dan cinta yang datang sebelum menikah adalah ujian dari Allah. Allah ingin menguji seorang laki-laki saat itu, manakah yang lebih Allah cintai, DIA atau mahklukNya? Maka dari itu saya ingin segera lulus dari ujian ini, dengan menjadikanmu perempuan yang akan saya bimbing untuk kita sama-sama meraih cinta dan ridho Allah."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baiklah jika itu maumu. Saya memutuskan tidak mengizinkan keponakan saya untuk....."

Paman Haura mengehentikan ucapannya. Beliau menepuk pundak Zayyan sembari tersenyum, kemudian beliau meminta Zayyan untuk duduk.

"O-Om?" Zayyan benar-benar gugup sekarang. Raut wajah kekecewaan dari Paman Haura berubah menjadi senyum menatap Zayyan yang semakin salah tingkah.

"Karena kesungguhan dan kejujuranmu. Karena kecintaanmu pada Allah melebihi cintamu pada Haura. Maka Om yakin, bersamamu keponakan Om akan menjadi perempuan yang bahagia," ujar Paman Haura tersenyum.

"Maka saya memutuskan tidak mengizinkan keponakan saya untuk menolak lamaranmu."

Deg.

Seketika jantung Zayyan berdebar kencang. Tanpa sadar matanya juga berkaca-kaca. Zayyan benar-benar speechless. Ia yang mulanya lemah tak berdaya namun mencoba untuk tetap kuat, kini seakan-akan ada energi kuat yang mengembalikan dirinya seperti sediakala.

"Sungguh, Om?" Zayyan hendak bangkit dan bersimpuh di hadapan Paman Haura, namun beliau meminta Zayyan tetap duduk.

Paman Haura mengangguk, "Dalam hadist Rasulullah disebutkan bahwasanya apabila datang seorang laki-laki sholeh melamar putrimu, maka jangan ditolak. Jika ditolak maka akan menimbulkan kerusakan dan fitnah.

"Saya yakin Zayyan adalah laki-laki sholeh, kejadian tadi adalah buktinya. Jika Allah saja selalu Zayyan dahulukan, pasti Haura akan Zayyan perlakukan sebagaimana perintah Allah untuk berbuat baik dan memuliakan perempuan."

Zayyan ikut tersenyum, "InsyaAllah Om," balasnya mengangguk.

"Saya panggilkan Haura dan Nenek dulu ya. Setelah ini sampaikan niat baik kedatanganmu ke sini di hadapan kami," ucap Paman Haura. Zayyan mengangguk.

Sembari menunggu mereka kembali, Zayyan tak henti berdzikir dan memohon doa agar lisannya diberikan kelancaran mengucapkan kalimat lamaran untuk Haura pada Pamannya.

"Haura, ini ada lelaki sholeh yang datang. Dia akan menyampaikan niat baik. Haura duduk bersama nenek, ya Nak."

Zayyan mengangkat kepalanya hingga netranya tak sengaja menatap netra hitam kecoklatan milik seorang gadis berpakaian putih senada dengan hijabnya yang menutup dada. Di tangannya sorban milik Zayyan dipeluk erat olehnya. Hal itu membuat Zayyan tak sadar jika bibirnya sudah terangkat membentuk bulan sabit.

Lentera Senja (TERBIT)Where stories live. Discover now