31. Istri Tuan Muda

94.7K 10.1K 4.5K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Saya ingin menjadi seperti Rasulullah yang merupakan sosok panglima hebat di medan perang. Namun saat di rumah Rasulullah adalah sosok suami yang memperlakukan istrinya dengan mulia."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

Setelah proses pemulihan rawat jalan selama seminggu, kini luka tusuk di lengan Zayyan sudah pulih

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Setelah proses pemulihan rawat jalan selama seminggu, kini luka tusuk di lengan Zayyan sudah pulih. Lelaki itu sudah bisa menggerakkan tangannya tanpa merasakan sakit seperti kala itu.

Zayyan baru saja selesai menyapu ruang tengah, ruang tamu, sampai ke teras. Kebiasaan ini sudah ia lakukan sejak awal menikah. Jika ia luang di waktu pagi, maka ia akan melakukannya, begitupun sore atau malam. Sebagaimana ia tahu bahwa pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci, mengepel, bahkan memasak sejatinya bukan tugas istri. Islam sangat memuliakan perempuan. Namun jika perempuan bersedia dengan ikhlas melaksanakan semua itu, maka pahalanya sungguh besar.

"Zaujatii, ayna anti?" Zayyan mencari keberadaan sang istri.

"Fi l-matbakh, Zaujii," balas Haura yang tengah mengaduk sayur di depan kompor.

Zayyan beranjak menuju dapur. Bibirnya terangkat mengukir senyum melihat perempuannya tengah memasak.

"Bahasa Arabnya sudah pintar. Istrinya siapa ini, hm?" Zayyan memeluk Haura dari belakang. Dagunya bertengger di pundak sang istri.

Perempuan berdaster motif bunga itu terkekeh. "Istrinya Ustadz Zayyan."

"Sejak kapan Zayyan jadi ustadz?"

"Ustadz pribadinya Haura," jawab Haura.

"Aku mau tiriskan sayurnya. Mas minggir dulu ya, takut kena panas."

Seketika Zayyan merenggangkan pelukannya. "Mas aja yang tiriskan. Kamu siapkan nasi di piring, Mas udah laper dan nggak sabar makan masakan si cantik ini." Zayyan mencubit pipi Haura gemas lalu mulai meniriskan sayur.

"Sepiring berdua ya, Sayang. Kalau nggak Mas nggak makan."

"Siap, Komandan," balas Haura terkekeh.

Selesai meniriskan sayur, Zayyan duduk di samping Haura. Memangku kepalanya sambil memandangi wajah sang istri yang tengah menyiapkan makanan.

"Kenapa Mas Zayyan selalu mau makan sepiring berdua? Takut cuciannya banyak ya, Mas?" Zayyan menggeleng.

"Oh, aku tau. Pasti biar romantis kayak di film-film. Iya kan?" Haura tertawa kecil.

"Ternyata Mas Zayyan laki-laki yang romantis sekali. Dulu aku berpikir Mas Zayyan itu laki-laki yang kaku, dingin, nggak pernah senyum, dan galak. Apalagi Mas Zayyan komandan tentara. Pasti tegas dan suka marah-marahin anggotanya. Aku sampai berpikir kalau nikah sama Mas Zayyan tiap hari disuruh hormat, olahraga, lari setiap pagi, push up," ungkap Haura.

Lentera Senja (TERBIT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat