Chapter 1 : Belas Kasih

37.2K 348 7
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaaa🥰🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen yaaa🥰🥰

Jemari gadis itu mencengkram erat sisi rok hitamnya. Sementara pandangannya terus menunduk ke bawah tak berani menatap seorang wanita berhijab di hadapannya. Cemas, sebab telah menjadi rutinitasnya dipanggil ke ruang bendahara kampus karena terlambat melunasi UKT.

"Asmara Senjani," ucap bu Dewi selaku bendahara kampus, menatap gadis bernama Asmara itu dengan kesal. "Mau berapa bulan kamu menunggak, Nak? Kalau begini terus, ibu tidak menjamin ijazah kamu akan keluar tepat waktu." Kemudian menyodorkan kartu tagihan UKT milik Asmara di atas meja.

"Masalahnya dua bulan lalu, ibu juga yang menutupi tagihan UKT kamu menggunakan uang ibu, tapi untuk sekarang, tidak mungkin lagi dilakukan karena kamu punya kewajiban yang harus dipatuhi di kampus. Toh, kamu tau sendiri kan ibu punya tiga anak yang harus ibu nafkahi seorang diri?"

"Maaf, Bu." Asmara mengangguk penuh rasa bersalah. "Tapi apa boleh aku minta waktu seminggu lagi? Cuman seminggu kok, aku janji akan bayar lunas UKT ku semester ini."

"Astaga Mara!" Bu Dewi menepuk jidatnya kesal sambil berdecak. "Ibu udah bilang kalo ibu nggak bisa ya nggak bisa, Nak. Sebaiknya bicarakan saja masalah ini dengan rektor, ibu udah capek mentoleransi kamu."

Menelan salivanya kasar, Asmara pastikan bu Dewi tidak akan menolongnya untuk kedua kali. Hatinya mencelos mengingat bahwa bu Dewi adalah satu-satunya harapan karena dia masih belum memiliki uang yang cukup membayar UKT. Namun sekarang harapannya benar-benar pupus.

Terpaksa gadis itu bangkit dari kursi.

"Mara permisi ya, Bu. Terima kasih udah banyak bantu aku sebelumnya."

"Sama-sama."

Setelahnya gadis cantik itu pun melangkah gontai keluar ruang bendahara kampus. Kakinya tahu kemana arah melangkah tetapi pikiran Asmara terus berputar mencari cara bagaimana mendapatkan banyak uang dalam satu minggu.

Rasanya sungguh mustahil!

Dan diantara hiruk pikuk mahasiswa yang bercanda ria bersama teman-temannya menikmati jam istirahat, ia justru duduk termenung dengan hati gelisah di kursi pendopo. Bulir di ujung matanya hendak mengalir namun Asmara tahan rasa itu meski dia ingin sekali menangis.

"Mara!" Seseorang memanggil membuat Mara menoleh. Ulfa, sahabat karibnya sejak SD itu mendekat penuh tanda tanya. Mara pun cepat-cepat menyeka sudut matanya yang menggenang.

"Gimana? Lo dikasih bu Dewi solusi buat semester ini?"

Mara menggeleng lesu. "Belum Ulfa. Ibu Dewi udah nyerah bantuin aku, sekarang aku nggak tau lagi mau nyari uang kemana. Kemarin aku juga baru dipecat dari restoran gara-gara sering telat."

"Duh... kasihan banget. Terus-terus, bukannya uang hadiah lomba lo kemarin lumayan banyak tuh. Lo kemanain sih uangnya?"

"Habis buat biaya pengobatan ayah sama sekolah adik aku lah. Kamu tau sendiri kan Ulfa, ayah aku sakit-sakitan di rumah terus keperluan sekolah adik aku lumayan banyak. Apalagi dia baru masuk SD."

Boyfriend With BenefitsWhere stories live. Discover now