24 - Konsekuensi (Ending)

49 4 0
                                    

Kakinya melangkah memasuki tempat tinggal barunya ketika salah satu saudaranya sedang diamankan pihak kepolisian. Tidak ada senyum yang menguar di bibir manisnya, gadis itu hanya mempu menghela napas dalam diamnya.

Mata hazelnya seolah tak berkaca. Tiada air mata apalagi isak tangis ketika melihat saudara sedarahnya itu ditarik paksa oleh sang penegak keadilan. Seakan-akan tiada kepedulian yang berarti di balik tubuhnya. Mungkin saja itu memang benar.

Ketika ia tahu Kaira melaporkan Dean atas kecurangan yang dilakukan laki-laki itu, Nanai memilih untuk diam dan tidak ikut campur. Akan tetapi, gadis itu melihat Kaira di sebuah tempat yang tidak seharusnya, ia tidak bisa untuk tidak mengikutinya.

Namun, ketika gadis itu memasuki sebuah gedung, Nanai tidak bisa memantaunya lebih jauh lagi. Terlebih, ia juga tidak ingin mengambil resiko apabila ketahuan seperti kala itu. Jadi, ia memutuskan untuk kembali ke tempatnya. Itu terjadi sepulang sekolah setelah hasil itu keluar-tepat saat Dean didiskualifikasi dari OSN.

Kecurigaannya nyatanya membuahkan hasil. Ia melaporkan kejadian itu pada pihak sekolah yang kemudian sampai ke penyelenggara olimpiade. Penyelidikan pun mulai berjalan hingga memakan waktu berminggu-minggu. Hingga melewati masa akhir semesteran.

Gadis itu terbukti menjadi dalang dibalik pembobolan akun dan pengancaman yang dilakukan Abimana, sementara Dean melakukan pencurian data. Pasal berlapis pun mengintai mereka bertiga. Pembelaan yang dilakukan pengacara ternama sekalipun tidak ada pengaruh apa-apa. Lantaran mereka memang terbukti bersalah.

Walau sebenarnya hukuman kurungan merupakan pilihan terakhir bagi anak di bawah delapan belas tahun. Akan tetapi, kesalahan mereka yang tidak lagi mampu ditoleransi, membuat mereka harus mendekam di ruangan sempit itu.

Hingga sampai pada saat di mana Kaira dinyatakan bersalah dan harus menjalani hukumannya bersama Dean. Walau bagaimanapun, pertanggungjawaban harus dijalankan. Baik dari ranah pengadilan maupun hubungan bersosial.

Namun, sayang seribu sayang. Gadis itu tidak sanggup menerima caci maki atas perbuatannya. Pun enggan untuk menerima konsekuensi atas kesalahannya. Apalagi ketika menghadapi kemarahan ibunya yang begitu besar. Ia tidak sanggup, ia malu atas segalanya.

Haruskah Kaira yang seringkali dipuji itu menghadapi penghinaan yang sedemikian rupa? Bahkan, ibunya sendiri telah malu mengakuinya sebagai anak. Hidupnya hancur berkeping-keping lantaran keegoisannya sendiri.

Kaira bahkan hampir mengakhiri hidupnya jika saja tidak digagalkan oleh kawan barunya, Leave-sang penghianat ulung. Leave yang mengetahui mengenai kebenaran mereka pun menelpon Nanai untuk menyerahkan sang saudara kandungnya itu.

Setelah kejadian itu pun sang mama luluh dan kemudian menyewa pengacara untuk membebaskan kedua anaknya. Sayangnya, semua usaha itu percuma. Pasal berlapis yang menjerat keduanya tidak dapat mengurangi hukuman. Hingga di pengadilan itu pun-saat pembacaan putusan hakim-tumpah ruahlah tangisnya.

Meski hukuman yang diberikan tidak sesuai tuntutan, tetapi mereka tidak dapat menghindar. Mereka harus menerima konsekuensi atas perbuatan mereka sendiri. Mereka tidak bisa terus berlindung dari jerat hukuman yang menyiksa. Entah, apa yang terjadi berikutnya tidak ada yang pernah tahu. Biarlah Tuhan yang menentukan segalanya.

"Sayang, Nanai, akhirnya kamu mau tinggal di sini. Kalau kamu masih nggak mau tinggal di sini, Mamah pasti bakal kesepian karena Dean dan Kaira-saudara kamu-harus tinggal di balik jeruji besi." Wanita paruh baya itu memeluk putrinya erat. Matanya berkaca-kaca, antara sedih dan bahagia. Sedih lantaran harus menghantarkan putra dan putrinya berada di balik jeruji besi, tetapi juga bahagia karena menemukan sang anak yang selama ini dicarinya.

Nanai sebagai sang anak tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Karena kata-kata penenang pun rasanya akan percuma diberikan, apalagi jika itu tidak tulus terungkap dari dalam hati. Ia tahu, sang mama tengah kecewa pada kedua anak kesayangannya itu. Namun, di luar itu sudah pasti wanita itu lebih kecewa terhadap dirinya sendiri.

Reswara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang