#35

27K 3.2K 149
                                    

Sudah seminggu semenjak kepergian salah satu siswa teladan Sky High school. Sosok pemuda yang menjabat sebagai ketua OSIS itu, kini telah berpulang kepada Tuhannya. Nyatanya, kabar itu mampu menggemparkan penduduk sekolah. Tak menyangka jika pemuda yang memiliki senyum termanis itu, pulang begitu cepat.

Bulan tampak kesepian di atas langit malam. Sepertinya, ia tengah menangis dengan airnya yang jatuh membasahi tanah.

Di depan bangunan mewah, mansion kediaman Aldebaran lebih tepatnya. Terdapat dua orang berbeda gender berdiri saling berhadapan.

Fano sama sekali tak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis didepannya. Gadis yang berhasil mengguncangnya, mengendalikan dunianya dalam gravitasi yang amat memusingkan ini.

Di mana dan bagaimana semuanya bermula, Fano masih mengingatnya dengan jelas. Pertemuan pertama mereka, uluran tangan dari gadis ini, segalanya.

"Vreya," begitu kedua netra berbeda warna itu bertemu di udara, Fano menarik nafas dalam.

Tak sanggup untuk berucap, namun lebih tak sanggup lagi jika dipendam. Fano butuh jawabannya. Jawaban yang menentukan apa yang akan dia lakukan kedepannya.

"Vreya tau kan, kalo Fano suk-ah, engga. Cinta lebih tepatnya sama Vreya." Pemuda yang mengenakan sweater rajut itu menggigit keras bibirnya. Menilik hati-hati ekspresi lawan bicaranya.

Meneguhkan kembali hati yang sempat goyah, Fano menambahkan,

"Fano ngga maksa Vreya buat nerima. Karena setiap orang boleh menolak dan menerima sesuai isi hati, kan?" Tanyanya tersenyum bodoh. Namun tak bisa menutupi keputusasaan yang memantul dari kedua maniknya.

Fano tau, sangat. Hanya saja hatinya yang bodoh ini menginginkan tolakan jelas dari bibir Vreya. Bagaimana bisa selama ini dia lebih memilih sakit hati? Memendam dan tersiksa sendirian?

Fano ingin bebas.

Ada jeda beberapa saat sebelum Vreya menjawab pelan dipenuhi ketegasan.

"Maaf Fano. Lo sendiri tau, kan? Gua ngga punya perasaan lebih dari sekedar teman buat lo? Dari awal, gua jelasin semuanya." Vreya menatap sendu. Setelah melalui segala hal, dimulai dari kehidupan lalu hingga kini, Vreya tak memiliki perasaan pada pemuda imut ini.

"Lo tau itu,"

Rasa tak bisa diatur. Ketika hatinya menolak, tubuhnya akan mengikuti. Walaupun otaknya berteriak jika pemuda ini, merupakan salah satu pria terbaik di dunia.

Fano berkedip pelan sebelum menghela nafas panjang. Senyumannya sempat goyah sebelum kembali terpajang indah.

"Lucu ya, hati ngga bertulang tapi bisa patah juga."

Angin malam berhembus menerpa permukaan wajah mungil Vreya. Fano menggambil langkah mendekat guna meraih sebelah pipi gembul gadis itu.

"Maaf, Fano."

Vreya menunduk. Hanya mampu berucap maaf. Tak bisa menambahkan, pun tak bisa memberikan harapan yang belum tentu terjadi. Dia ingin pemuda ini bebas. Melepaskan perasaannya, dan menemukan yang lebih baik. Mungkin sulit, biarkan waktu yang menyembuhkan.

Nafasnya memberat ketika menatap Fano yang mulai berkaca-kaca. Vreya tak tega menyaksikan pemuda itu yang terisak dalam keheningan.

Fano terlihat sangat hancur ketika menangis.

Ikut terbawa suasana, mata gadis itu memerah sebelum meneteskan air sebening kristal. Vreya tahu rasanya. Bagaimana di kehidupan lalu ketika Venus menolaknya dengan keras. Maka dari itu, dia menolak dengan lembut. Walaupun sama-sama menyakitkan, setidaknya dia berharap tak meninggalkan luka yang teramat dalam.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang