#18

52.9K 7K 966
                                    

Terik sang Surya menyinari kota Jakarta. Pada lapangan basket yang luas, terdengar sorakan dan juga pujian dari para pendukung RIS. Karena tim basket sekolah tersebut berhasil menggaet piala. Dengan kata lain, mereka memenangkan pertandingan tersebut.

Sedangkan dari arah pendukung SHS, terdengar lirihan kecewa akan hasil pertandingan. Tak sedikit pula yang tetap memberikan support kepada para pemain yang terlihat jauh dari kata baik.

Lalice dan Alana lah yang berseru heboh. Dua murid SHS yang senang akan kekalahan sekolahnya.

Tak heran, mengigat jika mas pacar (Hendry) yang berasal dari sekolah lain, dan menjadi lawan dari tim basket sekolah.

Dan Alana yang berbahagia karena Narel. Adiknya yang juga berpatisipasi dalam kemenangan.

"ITU YANG PALING GANTENG! LAKIK GUA ITU!" Tunjuk Lalice kearah lapangan dengan pongah. Tak menghiraukan tatapan sinis dari beberapa siswi di sekitarnya.

Lalice kemudian menoleh pada Alana. Gadis itu juga tak kalah hebohnya. Keduanya bersama-sama melompat dan bertepuk tangan. Saling meneriakkan nama jagoannya masing-masing.

Sedangkan Vreya. Sendari tadi, atensi gadis berpipi gembul itu tak pernah lepas dari Arka. Pemuda tampan itu terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

Alisnya mengkerut ketika Arka tiba-tiba mendongakkan kepalanya menatap hamparan awan. Sebelah tangan pemuda itu juga menutupi hidungnya.

Vreya menyipitkan matanya guna mempertajam penglihatannya. Tak lama, kedua manik hazel itu terbuka lebih lebar ketika menyadari sesuatu.

Gadis itu berdiri. Tak mengucapkan sepatah katapun pada kedua sahabatnya yang masih bersorak gembira, Vreya berlari menghampiri Arka yang duduk sendirian pada bangku pemain.

Tak sengaja ia berpapasan dengan Gavano yang ternyata ingin menghampirinya.

"Vre-"

Bibir Gavano terkatup. Tak jadi melanjutkan perkataannya ketika Vreya hanya melewatinya seakan dia memang tak terlihat. Pemuda itu menoleh kebelakang, lebih tepatnya kearah tempat gadis itu tuju.

Membasuh kilas bibir bawahnya, Gavano menunduk menatap kedua sepatunya. Terdengar helaan nafas panjang dari mulutnya sebelum kurva bibirnya membentuk senyuman nanar.

Beralih pada Vreya. Setelah berada di depan Arka, dengan kasar ia menepis lengan pemuda itu yang masih menutupi hidungnya. Vreya merogoh kantung seragamnya. Mengeluarkan tisu dan langsung membersihkan sisa-sisa darah yang berada di dagu dan bibir Arka yang masih terdiam karena terperangah.

"Lo kenapa ikutan tanding, sih?! Udah tau kalo kondisi tubuh lo masih lemah, Arka!" Vreya membentak pemuda didepannya.

Vreya sudah melarang Arka sebelumnya agar tak ikut berpartisipasi. Namun, Arka yang memang keras kepala selalu memiliki beribu alasan agar Vreya mengizinkannya.

"Lo bilang, lo bakal hati-hati!" Vreya terus mendumel dengan tangan yang senantiasa membersihkan noda darah pada dagu pemuda batu didepannya.

"Ini juga! Sahabat lo pada kemana?! Bisa-bisanya lo ditinggal sendirian disini!"

Pergerakan tangan gadis itu terhenti ketika Arka menggapainya. Keduanya saling bersitatap dalam keheningan. Arka tersenyum. Senyuman menenangkan yang selalu ia tunjukkan. Mencoba menyakinkan dunia jika dia baik-baik saja.

"Venus lagi beliin minuman, Reyga ngambilin tas gua, kalo Fano udah pulang."

Fano pulang? Secepat ini? Alis Vreya meningkuk dalam. Tentu saja ia tahu kalau Fano sangat tak betah jika di rumah. Bahkan, pemuda imut itu pernah memilih untuk tidur di sekolah karena begitu enggan memijak mansion Ravvenzy.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Where stories live. Discover now