#24

40.5K 5.3K 400
                                    

Di suatu tempat yang berlatarkan sekolah, terlihat seorang gadis dengan bekal di genggamannya, baru saja duduk pada salah satu bangku yang tersedia di taman belakang. Agaknya, gadis itu sengaja menyisihkan diri dari keramaian.

Pada seragam bagian lengan kirinya, tercetak gambar bintang satu. Yang mengartikan jika gadis itu menduduki kelas sepuluh.

Kedua manik hazel nya, bersinar tak sabar ketika tutup dari bekal, di buka.
Aroma gurih, mulai menyapa indra penciumannya.

Saat akan meraih jamur goreng, pergerakannya terhenti kala jari-jari panjang milik seorang pemuda, sudah terlebih dahulu meraih gorengan tersebut.

Gadis dengan kunciran pada surai kecoklatan nya, itu pun melotot lalu menoleh ke sebelah. Tak lama, bibir ranumnya mencebik karena mengetahui siapa pelaku pencurian makanan miliknya.

"Makanan gua, heh!" Protes nya yang tak dihiraukan oleh sang pelaku.

"Ngapain sekolah di sini?" Suara bariton itu terdengar, membuat gadis berpipi gembul itu merotasi kan mata malas. Balasan pemuda itu sama sekali tak nyambung!

"Vre..." panggil pemuda itu, kala tak mendapat jawaban. Sebelah tangannya terulur, menampilkan sebotol air mineral yang tadi dia beli di kantin.

Vreya berdecak kesal akan pertanyaan itu. Gadis bermata kucing itu memicingkan mata tajam sebelum merampas kasar sodoran minum tersebut.

"Kan lo yang ngerengek, minta gua sekolah di sini, Jamal!" Sungutnya menggebu-gebu.

"Hm?" Suara pemuda itu terdengar amat menjengkelkan bagi Vreya. Apalagi, saat ini keadaan perutnya sedang kosong, membuat darah gadis itu mudah mendidih.

"Apaan dah! Ngga jelas lo! Venus, pergi ngga lo?!" Usir nya kepalang emosi.

Membasahi kilas bibir bawahnya, Venus tergelak. "Ntar lo ga ada kawan." Ejeknya membuat Vreya merenggut.

"Ngaca, ogeb! Lo juga ngga punya kawan!"

Venus terkekeh geli. Memundurkan posisi duduknya, pemuda tampan itu menghadap sepenuhnya kearah Vreya. Netra teduhnya menilik ekspresi masam gadis itu.

Perasaannya menjadi lebih baik saat melihat Vreya. Satu-satunya gadis yang berhasil menembus tembok yang selama ini dia batasi pada orang-orang sekelilingnya.

Vreya berbeda. Venus itu dingin namun, Vreya mampu membuatnya tertawa.

Bisakah gadis itu merasakan arti tatapan matanya?

"Apa lo liat-liat?!" Sentak Vreya semakin merengkuh bekalnya. Takut jika kembali di curi oleh pemuda tampan di sampingnya.

Dengan senyuman tertahan, Venus menggeleng ketika mengetahui isi pikiran gadis itu. Dia kemudian menunjuk bekal yang masih di genggam erat oleh Vreya.

"Makan. Ga bakal gua ambil." Jelasnya mencoba menurunkan kewaspadaan gadis itu dari kotak makan siangnya.

Memilih abai, Vreya meraih sendok dan mulai mengisi nasi dan potongan daging ayam di dalamnya. Saat akan menyendok kan ke dalam mulut, Venus tiba-tiba mendekat dan melahap suapan itu. Pemuda itu tersenyum pongah, mengejek kearah Vreya.

Rahang gadis itu terjatuh melihatnya. Ini kedua kalinya dia kecolongan. Vreya menghela nafas, kemudian tersenyum pura-pura kalem, lalu berteriak dengan kuatnya.

"Jancookk!" Percayalah, kekesalan nya sudah melebihi batas.

Venus memalingkan wajahnya, tak berani membalas tatapan Vreya yang saat ini berapi-api. Itu menyeramkan dan juga,

Menggemaskan.

Melihat itu, Vreya kembali menyendok kan sesuap nasi dan ayam, tak lupa menimbun cabai di dalamnya. Tangannya mengarah pada Venus yang masih berpaling.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang