#28

32.5K 4.6K 639
                                    

Bunyi suara dari televisi yang berada di ruang keluarga, sama sekali tak mengusik Vreya yang sedang menatap minat ponsel digenggamnya.

Sejak dua puluh menit yang lalu, kurva bibir gadis itu tak bisa melunturkan senyum. Kedua pipinya merona dengan sebelah tangan yang memegang benda pipih.

"Happy birthday Vreya. Saengil chughahae!" Suara bariton milik salah satu biasanya itu, mampu membuat Vreya berteriak tak tahan.

"Demi apa?! Gav!" Vreya menunduk, lebih tepatnya menatap Gavano yang berbaring, menjadikan paha nya sebagai bantal. Agaknya, pemuda tampan itu tertidur.

Vreya kembali fokus pada ponselnya. Salah satu tangan nya, yang sendari tadi mengelus surai hitam pemuda itu, ia angkat guna menggeser layar.

Baru sebentar, namun tangannya kembali digapai oleh Gavano, mengarahkan jari-jari mungil itu agar kembali menyapa kepalanya.

Kali ini, suara Irene. Biasanya, terdengar dari layar. Vreya menggeleng samar, mencoba menyakini dirinya jika ini semua bukanlah mimpi.

"Ngga bisa, ini terlalu nyata!" Pekik gadis itu seraya meletakkan ponselnya.

Vreya lalu menunduk, memperhatikan wajah pemuda yang kini berada di pangkuannya. Sebelah tangan yang bebas, ia letakkan pada wajah pemuda itu.

Mengapit ke dua tangan, Vreya terkekeh geli melihat bibir ranum pemuda itu yang maju beberapa centi karena ulahnya.

"Gav! Tahun depan, kadonya ucapan selamat dari semua member NCT, ya?" Pintanya tak tahu malu.

Dapat ia dengar pemuda itu bergumam samar, sebelum menggesekkan rahang tegasnya pada telapak lembut Vreya.

"Hm."

Dan keheningan mengambil alih keadaan. Gavano yang kembali menutup mata, dan Vreya yang sibuk mengusap wajah hingga rambut lebat pemuda itu.

"Non." Seorang asisten rumah tangga, menghampiri Keduanya. Lebih tepatnya Vreya.

"Kenapa, bi?" Tanya gadis itu sopan. Tumben sekali bi Surti. Kepala pelayan menghampirinya.

"Temen non, datang."

Ada kerutan pada pelipisnya ketika mendengar balasan dari bi Surti. Vreya mengangguk lalu menggeser tempatnya sebelum berdiri.

Tak lupa mengucapkan terimakasih, Vreya berjalan keluar setelah memastikan jika Gavano, benar-benar terlelap.

"ASSAL-"

"Vreya nonis, Lalice."

Samar-samar dapat Vreya dengar dan kenali suara-suara yang berada di balik pintu utama. Begitu membuka pintu, Alana dan juga Lalice memenuhi pandangannya.

"Tumben dateng. Kuy masuk."

Vreya hendak membalikkan badan, namun urung kala mendapati keduanya tak bergeming dari tempatnya.

Lagi, alis gadis itu bertaut tak paham.

"Happy birthday! Kita mau ngajak Lo piknik ke kampung Alana!" Sumringah Lalice yang mendapat sahutan heboh dari Alana.

Gadis dengan perban di punggung tangannya itu, lalu selangkah lebih dekat dengan Vreya.

"Di kampung Alana, nyaman banget! Indah, asri, top markotop, deh!" Ucapnya menambahkan kedua ibu jarinya ke udara.

Lalice ikut maju lalu merangkul kedua pundak sahabatnya itu. "Kuy lah, Vre!" Desak nya tak sabaran.

Vreya melipat tangannya di depan dada. Sembari mengusap dagu sempitnya. Gadis itu menimang-nimang tawaran kedua sahabatnya.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Место, где живут истории. Откройте их для себя