#3

113K 12.1K 550
                                    

Keduanya melerai pelukan dan dengan kompak menoleh ke depan. Di depan mereka, terlihat Venus, Reyga dan Fano dengan ekspresi wajah yang berbeda.

"Idih si najis."

Entah suara gadis itu yang terlalu pelan atau suara teriakan dari siswi disana, membuat ucapan Vreya teredam diantara pekikan.

Arka yang mendengar itu pun, sontak menatap Vreya dengan alis yang mengkerut. Vreya ga lagi julid ke dia kan? Tapi jika mengikuti arah pandang gadis bermata kucing tersebut, dapat dipastikan jika ketiga pemuda yang berstatus sebagai pacarnya lah yang gadis itu hardik.

"Vre, lo ga kerasukan hantu koridor, kan?" Tanyanya ragu-ragu seraya menepuk pundak gadis itu.

Lantas pandangan Vreya teralih padanya. Dengan mata yang berkedut, Vreya mengangkat tangannya guna memukul kuat tengkuk pemuda itu.

"Heh! Sekate-kate, lo!" Tukasnya tak mempedulikan Arka yang meringis memegang tengkuknya.

Sedangkan ketiga pemuda didepannya tampak termangu sejenak. Tumben Vreya tak menghampiri mereka. Terutama Venus yang sangat gadis itu sukai.

Fano yang terganggu dengan pemandangan didepannya ini pun, mengambil selangkah kedepan.

"Eya, kok block nomor Fano?" Tanyanya yang mampu membuat para kaum hawa kembali memekik.

Bukan hal yang mengejutkan jika Fano, berucap demikian. Pemuda itu memiliki julukan cute boy SHS karena keimutan nya yang tak tertandingi. Penggemar nya juga tak usah ditanya. Bahkan dari sekolah lain pun banyak yang menggemari pemuda imut tersebut.

"Ey-" Bibirnya terkatup dengan tangan yang hendak menggapai pergelangan gadis itu terhenti diudara begitu melihat Vreya mundur dan bersembunyi di belakang punggung tegap Arka.

Arka yang merasa kedua tangan Vreya mencengkram erat masing-masing seragam lengannya pun, menoleh kebelakang.

"Lo kenapa? Malu ketemu sama mereka?" Tanyanya yang di jawab dengan gelengan kepala oleh gadis itu.

"Gua jijik." Jawab Vreya pelan namun masih bisa didengar oleh Arka dan juga Fano.

"Lah?" Tampak raut cengo dari Arka begitu ketara. Membuat Vreya terkekeh kecil. Ekspresi nya itu loh, minta di tendang.

Vreya berdehem sebelum keluar dari persembunyian nya. Gadis itu menatap Venus, Reyga dan Fano bergantian. Kedua tangan nya mengepal kuat. Giginya menggeletuk menahan segala umpatan yang sudah berada di ujung lidahnya. Ia amat, sangat, teramat membenci ketiga manusia didepannya!

"Ntar, jam istirahat pertama ketemu di rooftop." Titah gadis itu menatap lurus kedepan. Dirinya bahkan tak sudi bersitatap langsung dengan ketiga pasang manik itu. Memuakkan!

Reyga yang sendari tadi diam memperhatikan gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu pun, buka suara.

"Ga bisa. Gua mau makan bareng paca-"

"Buat kali ini aja. Gua pastiin ini bakal jadi permintaan terakhir gua."

Nafas Reyga memberat ketika manik hazel itu menghunus dingin padanya. Jantung nya berdegup kencang kala pemikiran rumit mulai memasuki otaknya. Kemana tatapan lembut yang selalu tertuju padanya? Kemana senyuman manis yang selalu menyapa pagi nya? Dan kemana semburat merah yang menghiasi pipi Vreya kala melihatnya?

"Oke!" Venus buka suara. Pemuda itu terlihat tak perduli dengan sekitarnya. Walaupun merasa aneh ketika Vreya tak menyapa nya ataupun bertanya apakah ia sudah sarapan.

Sorot mata tajamnya terarah pada kedua lengan gadis itu yang kosong. Kemana bekal yang selalu gadis itu bawa untuk nya?

Vreya mengangguk pelan. Tak sengaja manik hazel itu menangkap keberadaan pemuda yang baru turun dari motor sport hitam nya. Kesempatan ini! Vreya harus lebih dekat dengannya.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora