#4

108K 12K 735
                                    

Kantin yang semulanya di penuhi dengan suara siswa-siswi, menjadi hening begitu menangkap keberadaan Vreya dan Gavano di ambang pintu.

Semua orang menatap tanya akan keduanya. Sejak kapan mereka dekat? Dari dulu hingga sekarang, tak sekali pun ada yang melihat keduanya berinteraksi. Lantas, mengapa bisa bersama?

Apalagi Gavano yang terkenal akan raut datar dan sifat cuek nya, membuat tak ada siswi yang berani mendekati salah satu most wanted SHS itu. Semua yang menyukainya memilih untuk menjadi penggemar pemuda tampan tersebut.

Memang, tak ada satupun yang mengetahui hubungan mereka. Bukan tanpa alasan, dihari pertama Gavano dan mama Tesa menginjakkan kaki di mansion Abraham, Vreya sudah mengancam jika Gavano menyebarkan hubungan keluarga mereka, maka gadis itu tak segan-segan akan mencelakai keduanya.

Mengigat itu, membuat Vreya merosotkan bahu nya lesu. Rasa bersalah kembali menghantam hatinya.

Tak ingin larut, Vreya mengedarkan pandangannya menyapu bersih seluruh ruangan. Manik hazel itu terhenti tepat pada salah satu meja yang hanya diisi oleh satu orang pemuda ber-hoodie biru navy. Dengan semangat yang menggebu-gebu, gadis itu kembali menggeret lengan berotot Gavano yang sudah pasrah, pasrah saja.

"Arka! Kita gabung yaa!" Ucap Vreya membuat Arka yang sebelumnya sedang melahap dua bakso sekaligus, tersedak.

"Astagfirullah! Vre!" Pemuda itu terbatuk setelah meneguk minuman yang Vreya sodorkan. Ditatapnya wajah gadis itu yang kini tersenyum tanpa dosa.

"Lo Kristen, btw." Koreksi Vreya yang tak idahkan oleh pemuda tampan didepannya.

Kini kedua manik hitam pekat Arka menghunus pada pemuda di samping Vreya. Gavano?

"Lo deket sama dia?" Tanya Arka yang sudah gatal dengan mulutnya. Rasa kepo nya begitu ketara membuat Vreya dengan gemas meraup wajah pemuda itu.

"Kedip, mas." Kekeh nya membuat Arka mendegus malas. Vreya benar-benar berubah.

Vreya menoleh pada Gavano yang sedari tadi sibuk dengan layar pipih di genggamannya. Di tariknya pelan seragam bagian lengan pemuda itu.

"Mau makan apa? Gua yang traktir." Tanyanya ketika melihat Gavano menoleh padanya.

Mengangkat bahu acuh, Gavano kembali fokus pada ponselnya.
"Terserah."

Arka yang memperhatikan interaksi keduanya pun, semakin mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia menghujam intens pada Vreya yang kini membalas tatapannya.

"Lo belum jawab pertanyaan gua." Tak seperti tadi, kini raut Arka terlihat serius dengan suara yang ia keluarkan kian memberat.

Vreya meraup rambutnya kebelakang lalu mengikatnya tinggi-tinggi. Gadis itu bertopang dagu dengan manik yang tak pernah lepas dari obsidian di depannya.

"Di bilang dekat sih, engga. Dibilang ga deket juga, engga."

"Lah?" Arka kemudian membuang wajahnya ketika melihat Vreya terbahak. Gadis ini benar-benar tak jelas dalam memberikan pernyataan. Kesel Arka, tuh!

"Gimana sama ketiga pac-"

"Mantan!" Potong gadis itu cepat. Bersamaan dengan itu, raut bersahabat tadi pun, lenyap. Digantikan dengan ekspresi datar dengan sorot mata menusuk.

Rahang Arka terjatuh. Pemuda itu menunjuk Vreya dengan tangan satunya yang membekap mulutnya tak percaya. Vreya? Si bulol putus sama ketiga sahabatnya? Impossible!

"Ga percaya gua." Balas pemuda itu bergumam.

Vreya berdecak mendengar lirihan pemuda di depannya. Gadis itu ikut mencondongkan tubuhnya, mempersempit jarak diantara mereka.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang