#5

106K 11.7K 971
                                    

Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi. Seorang gadis terlihat sibuk memindai dan menggapai beberapa barang dan menaruhnya ke dalam kardus besar yang berada di sampingnya.

"Anjir! Gua ga nyangka dulu sebucin itu ke mereka." Vreya memindahkan banyak pigura yang berisi Venus, Fano, dan Reyga. Tak henti-hentinya gadis itu berdecak dan mendegus ketika mengigat bagaimana tingkah nya dulu.

Pergerakan tangannya terhenti saat meraih foto Venus. Pemuda yang menjadi dalang kematiannya. Ditatapnya lamat foto tersebut. Di sana, terlihat jelas bagaimana Venus yang menggenggam bola basket dengan bandana hitam yang menghiasi kepalanya.

"Kok bisa-bisanya gua secinta itu sama lo?" Gadis itu berucap dengan pandangan lurus ke arah pigura.

Manik hazel nya berangsur menusuk ketika ingatan lampau, kembali berputar.

"Cowok sialan!"

Vreya berdiri lalu mengangkat kardus besar itu menuju ke depan pintu kamarnya. Diedarkannya pandangan menyapu bersih ruang kamar, menelisik apakah masih ada barang yang berhubungan dengan ketiga mantan laknatnya itu.

"Bye-bye, keparat!" Gadis mungil itu kemudian berlari kecil menuju kamar mandi guna bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Menghabiskan waktu selama tiga puluh menit, akhirnya Vreya keluar dengan seragam yang sudah melekat pada tubuh mungilnya. Gadis itu berjalan menuju meja rias, sedikit memoleskan makeup tipis, dan memandang pantulan dirinya pada cermin.

"Semangat Vre! Hari ini seharusnya Alana masuk sekolah. Mari bersikap baik dan jangan pernah ngusik Alana!' wejangannya pada diri sendiri, sebelum meraih ranselnya dan berjalan keluar kamar.

Langkah Vreya terhenti tepat di tengah-tengah anak tangga. Gadis itu tiba-tiba berjongkok seraya menjambak pelan rambutnya. Ingatan tentang mimpi semalam entah mengapa tiba-tiba saja terlintas.

"Bisa-bisanya gua nyerahin kesucian gua sama dia!" Gadis itu kemudian mendudukkan dirinya pada salah satu anak tangga. Ia mengigat jelas bagaimana dirinya berbahagia saat mengetahui jika benih pemuda itu membuahkan sesuatu di dalam perut nya.

Tangan nya berpindah, meraba perut rata nya. Dadanya mulai terasa sesak. Rasa malu akan perilaku bodohnya yang membuat segalanya hancur. Vreya sangat membenci dirinya yang dulu.

Tak lama, gadis itu berdiri cepat dengan kilat mata berapi-api. Diangkatnya sebelah tangan yang mengepal ke udara.

"Ingat Vre! Itu semua ga bakal terjadi untuk yang kedua kalinya!"

"Lagian sekarang gua masih tingting! Gua bersumpah bakal ngelakuin enaena setelah menikah!" Tekat nya bersungguh-sungguh dan melanjutkan langkahnya.

"Iya, kalo gua nikah." Gumamnya sebelum memasuki ruang makan. Rautnya menjadi cerah begitu menangkap keberadaan ketiga anggota keluarganya.

Mengambil tempat di samping Gavano yang terlihat sedang melahap nasi goreng, Vreya mendogak menatap Tesa yang sedang membuatkan sarapan untuknya.

"Eya mau nasi goreng?" Tawar wanita itu yang diangguki semangat oleh putri nya.

Dan dengan senang hati Tesa meraih piring lalu menuangkan beberapa sendok nasi pada wadah tersebut.

"Makan yang banyak, sayang." Titahnya lembut yang lagi-lagi diangguki oleh Vreya.

"Makasih, ma!"

Abraham ikut tersenyum menyaksikan interaksi keduanya. Hatinya kembali menghangat akan perlakukan putri satu-satunya itu. Satu-satunya harta berharga yang ditinggal kan almarhum istri tercintanya.

Mungkin, jika Vreya ikut menyusul mama nya, entah apa yang akan terjadi pada Abraham. Ia sangat menyayangi putrinya. Permata berharga keluarga ini.

"Gimana sekolah nya?" Tanya pria paruh baya itu mengalihkan atensi Vreya dari piring nya.

ANTAGONIS LOVE STORY {End}Where stories live. Discover now