"Ocean, lo dapat loker nomor berapa?" tanya Luna.

"80, lo sendiri?" Ocean balik bertanya.

Luna mengerutkan bibir. "Yah, jarak loker kita jauh, gue dapat nomor 50." Luna memperlihatkan nomor yang tertera pada kunci lokernya ke depan Ocean.

"Semuanya sudah dapat kunci loker?" tanya Leone kepada mereka.

"Sudah, Pak."

"Baiklah, kalian boleh keluar kelas sekarang untuk menata buku di loker kalian. Setelah selesai segera kembali ke kelas." Leone memerintahkan.

Seluruh siawa keluar kelas sambil membawa tas mereka menuju loker kecuali Ocean, gadis itu masih di dalan kelas dan berdiri di hadapan Leone.

Leone heran menatap Ocean seolah bertanya kenapa Ocean belum pergi ke lokernya.

Ocean mengeluarkan sesuatu dari saku roknya. "Ini punya Bapak, 'kan?" Tangan Ocean terulur menyodorkan kartu kepada Leone.

Leone hendak meraih kartu tersebut, namun Ocean justru menarik tangannya. "Eits ... enggak gratis, Pak."

"Berapa?"

"Maksud, Bapak? Kalau ngomong yang lengkap Pak biar aku paham."

Leone mengeluarkan dompet. Kemudian menyodorkan uang berwarna pink sebanyak lima lembar ke depan Ocean. "Kembalikan kartu saya."

"Aku enggak mau uang, Pak. Aku cuma mau kenalan sama Bapak." Ocean tersenyum manis pun cantik sehingga sudut matanya membentuk lengkungan sabit.

"Namaku Ocean Javiera, biasa dipanggil Ocean. Dan sebagai informasi tambahan, aku belum punya pacar." Ocean mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan.

"Saya udah tau nama kamu."

"Dari mana Bapak tau namaku?"

"Itu." Manik Leone menyorot nametag pada seragam Ocean.

Ocean mengikuti arah pandang Leone lalu tersenyum kaku menatap pria itu. "Bapak enggak berniat nerima uluran tanganku?" Ocean memasang ekspresi sedih karena tangannya tak kunjung dijabat oleh Leone.

Leone melirik uluran tangan Ocean lalu kembali menatap wajah Ocean. "Kuman, sudah sana, pergi ke lokermu."

"Tapi Bapak belum menjabat tanganku."

"Enggak perlu, cepat pergi!"

Ocean cemberut karena Leone mengusirnya. "Ini kartunya, Pak." Ocean meletakkan kartu milik Leone ke atas meja. "Aku minta maaf Pak karena tadi aku terlambat masuk kelas."

"Um, jangan diulangi lagi."

"Oke, Pak. Siap." Ocean mengangkat tangan kanannya memberikan hormat kepada Leone. "Kalau gitu aku permisi."

Leone menatap punggung Ocean. Mirip, batin Leone ketika bayangan mantan sang kekasih merasuki kepalanya.

***

Ocean berjalan menuju lokernya, meneliti setiap nomor yang tertera hingga ia sampai di loker nomor 80. Ocean memasukkan kunci, lalu membuka pintu lokernya.

About YouOnde histórias criam vida. Descubra agora