04

1.6K 170 2
                                    


"Jimin, nanti ada pertemuan dengan keluarga Lee kamu ikut." Ucap sang Daddy.

"Jimin gak mau ikut, Jimin nanti ada urusan." Ucap Karina kesal, dan dirinya makan harus dengan menahan kesal.

"Kenapa sih? Cuma sebentar kok."

"Mau sebentar ataupun lama, Jimin tetap gak mau! Lagi pula, nanti pembicaraannya ujung ujungnya ke perjodohan." Jelas Karina.

"Kenapa kamu terus menolak? itu akan untung besar buat perusahaan Daddy." Ucap seulgi.

"Buat perusahaan Daddy kan, bukan buat kebahagiaan aku?" Tanya Karina, seulgi terdiam.

"Sayang, dilanjutkan nanti ya? Abisin dulu makannya." Sang Mommy menengahi perdebatan ayah dan anak tersebut.

"Karin udah kenyang, Karin gak laper lagi." Karina langsung pergi menuju kamarnya.

"Karina, yak! Habiskan makananmu!" Teriak seulgi.

"Udah gi, biarin sendiri dulu." Tegur Irene.

"Mau Sampai kapan di gini in terus? Lama lama ngelunjak tuh anak kamu." Kesal seulgi.

Irene tak mau membalas, dia tau nanti ujung ujungnya bakal berantem lagi.


"Daddy kenapa sih gak mau nurutin kemauan gue? Padahal kan gue suka nurutin kemuannya." Kesal Karina.

"Shiball... Gue lupa gak punya nomor minjeong!" Pekik Karina tertahan.

"Ckk, ngeselin banget sihh."

-000-

"Kabar kak sejeong gimana ya? Jadi kangen, padahal belum seminggu disini." Gumam minjeong, menatap langit langit apartemennya.

"Mana gue gak punya hp."

Minjeong terdiam, dia malah ngelamun. Sampai dia teringat bahwa di apart nya ada telepon rumah. Dengan cepat, dia menuju ruang tamu.

"Tuan kang baik banget sih mau nyiapin segalanya." Gumam minjeong, tangannya menekan angka angka di telepon tersebut.

Tut.. Tut..

"Yes, tersambung!"

"Halo, nugu?"

"Halo! Kak Ini aku minjeong!" Girang minjeong.

"Yaa, aku merindukanmu adik kecil. Bagaimana kabarmu disitu? Kau merawat dirimu baik baik kan?" Tanya sejeong dari seberang sana.

"Iya kak! Kau tak perlu khawatir. Lalu bagaimana kabarmu?"

"Aku baik disini! Ah minjeong mianhe kita harus mengakhiri teleponnya, aku kedatangan pelanggan."

"Nee, semangat kak!!"

"Kau juga."

"Apakah sekarang toko kue kak sejeong ramai?" Gumam minjeong setelah teleponnya terhenti.

"Ah entahlah, gue ngerasa bosan. Apa gue keluar saja?" Minjeong menatap jendela.

.

Minjeong menuju taman yang tak jauh dari apart nya sesekali bersenandung kecil.

"Permisi, boleh ku bantu?" Minjeong menawarkan dirinya, dia menghampiri seorang pria dewasa yang kesulitan membawa barang barangnya.

"Tidak perlu." Ucapnya tanpa melihat minjeong, dia menunduk memberesi barang barangnya.

"Tak apa, aku bukan orang jahat. Biar ku bantu." Minjeong mengambil beberapa barangnya.

"Tak perlu, saya-" si pria tersebut terdiam, ia tak melanjutkan ucapannya karna melihat wajah minjeong.

"Kau..."

"kenapa? Kau mengenalku?" Minjeong menunjuk dirinya sendiri.

"Aniya, saya kira Anda adik saya, maaf."

"Tak apa, namaku Kim minjeong." Minjeong mengulurkan tangannya.

"Baiklah minjeong ssi, saya Kim Doyoung." Ucapnya, lalu membalas jabatan tangan minjeong.

"Mari ku antar, dimana rumahmu oppa?" Tanya minjeong, Tapi Doyoung hanya diam.

"Oppa??"

"N-ne? Rumahku ada di Hannam-dong." Minjeong mengangguk.

Selama perjalanan tak henti hentinya minjeong berbicara dengan Doyoung, entah kenapa dirinya merasa nyaman padahal mereka baru saja bertemu.

"Apa aku boleh memanggilmu oppa?" Tanya minjeong hati hati.

"Bukankah sedari tadi kamu memanggil saya oppa? Kenapa bertanya?" Ucap Doyoung, minjeong menggaruk tengkuknya.

"Sudah sampai, ini rumahku." Ucap Doyoung, minjeong terkagum-kagum lantaran rumah tersebut sangatlah besar.

"Woahhh, besar sekali." Puji minjeong, Doyoung tersenyum.

"Kamu mau mampir, saya sendiri di rumah."

"Apakah boleh?"

"Tentu saja! Saya yang menawarkan mu bukan?" Tanya Doyoung, minjeong mengangguk.

"Kau tinggal sendiri di rumah besar ini, oppa?" Tanya minjeong setelah Doyoung kembali dari dapur dan membawakannya minuman serta cemilan.

"Tidak. Ada keluargaku yang lain tetapi sekarang mereka sedang berada di Jeju." Jelas Doyoung, Minjeong mengangguk.

.

"Terimakasih Oppa sudah mengantarkan ku pulang." Minjeong membungkuk sebagai tanda terimakasih.

"Iyaa, terimakasih juga sudah membantu serta menemani saya tadi." Ucap Doyoung dengan senyum hangatnya.

"Kalau begitu saya pamit, pemisii." Doyoung menjalankan mobilnya.

"Dia terlihat sangat baik, apa aku bisa menemuinya kembali." Gumam minjeong setelah memasuki kamarnya.

Minjeong merebahkan tubuhnya, baru saja memejamkan mata minjeong kembali terbangun.

"ASTAGA, GUE BELUM NGERJAIN TUGASSS!"

.

.

.

To be counted.

__________

Kim doyoung

Jangan lupa votmet 👍

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


Jangan lupa votmet 👍

Falling For You; Winrina [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz