33 | Gay-ilan

5.6K 320 31
                                    

hi, jangan lupa untuk vote, juga komen ya, Luvv

translate :
“You wrong, the answer is Trick Ollie.” : Lo salah, jawabannya adalah Trik Ollie.

“Yep, I’m yours, and you’re mine, now!” : Ya, gue milik lo, dan lo milik gue, sekarang!

so, guys, 'Kickturn.' ini trik yang di pelajari setelah kita berhasil nguasai dasar dari bermain skateboard ini, kayak trik awal gitu lah. Dan trik 'Ollie.' ini adalah trik yang paling penting di dalam bermain skateboard. CMIIW.

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Qilla membuka penutup ice cream greentea-nya, melirik Dylan menggunakan ekor mata. Cowok itu menatap Leo dan Emilie dengan tatapan datar. Tepatnya di seberang supermarket, terdapat café bernuansa outdoor, dapat dilihat, Leo ataupun Emilie memasuki café dengan beriringan, jangan lupakan tangan Leo yang sudah tergenggam erat pada telapak tangan Emilie.

Melihat tatapan Leo, membuat Qilla curiga. Apalagi ekspresi Dylan yang terkesan tidak menyenangkan.

“Itu Leo beneran bareng Emilie?” tanya Qilla, penasaran.

Dylan menoleh, tangan nya beralih mengusap pelan rambut Qilla, setelahnya beralih menusukkan jari telunjuk pada pipi Qilla, hingga dengkusan terdengar samar, pandangan nya menunduk, memperhatikan Qilla yang menyuapi ice cream ke dalam mulut. Dylan lebih tinggi beberapa senti dari Qilla, dari atas, terlihat ekspresi kesal Qilla, dan itu sungguh menggemaskan.

“Lo suka banget ya, ngacak rambut gue, terus noel-noel pipi gue juga,” terang Qilla, menatap sinis Dylan, dengan tangan kanan yang memperbaiki rambut yang sedikit kusut, garis bawahi, sedikit.

“Ekspresi lo persis Moegi.”

Moegi, kucing Persia-Himalaya milik Dylan, bewarna abu-abu. Dan barusaja, Dylan bilang, Qilla mempunyai kemiripan dengan kucing itu. Apa wajahnya sejelek itukah, hingga Moegi, hewan lucu itu hampir menyamai wajahnya? Qilla bertanya-tanya dalam benak.

“Mata lo minus? Moegi hewan, dan itu udah jelas beda!” Qilla bersungut-sungut tak terima.

“Maksud gue, sama-sama lucu.”

Sial.

Qilla merutuki Dylan, sekarang Qilla benar-benar tidak bisa untuk menahan kemerahan yang mungkin akan muncul beberapa detik lagi. Qilla memasukkan ice cream kedalam mulutnya dengan terburu-buru, dengan pandangan yang menghindari tatapan jahil Dylan.

“Gak lucu.”

Tidak ada tanggapan Dylan selain kekehan pelan, sesaat sebelum menyentuh kembali rambut Qilla, mengusap kembali helaian tipis berwarna hitam itu.

“Dylan, ayo ke café tempat Leo, juga Emilie. Gue pengen tau deh, kenapa mereka sekarang dekat gitu.”

Qilla sangat penasaran dengan dua sejoli yang berhasil mencuri perhatiannya sedari tadi, membuang cup ice cream yang telah habis ke tempat sampah.

Sepulang sekolah, Dylan mengajaknya ke supermarket, kata Dylan, cowok itu ingin membeli makanan kucing. Tapi saat keluar dari supermarket, Qilla menolak untuk pulang, dengan alasan ice cream rasa terbaru sudah tersedia.

Tapi Qilla menemukan ekspresi tak setuju dari Dylan, juga tatapan datar. “Jangan dulu, beri mereka waktu.”

Kening Qilla berkerut bingung, hingga kedua alisnya tampak menyatu. “Waktu?”

Gay-ilan [COMPLETED]Where stories live. Discover now