32 || Gay-ilan

5.6K 338 29
                                    

ramaikan dengan vote dan komen kalian😸

translate :
"Remember this, we're not the same! I'm not cheap like you, bitch!" :  ingat ini, kita nggak sama! gue nggak murahan kayak lo j****g!

"I’m sorry, I really didn’t know it was you."gue minta maaf, gue benar-benar nggak tau kalo itu lo

"Slut? Isn’t that you?" : wanita murahan? apa itu lo?

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Hari Jum’at adalah tanggal merah, Dylan sudah berulang kali menghantui ruang chat Qilla dengan mengatakan ; temani gue latihan hari ini. Sebenarnya ini terkesan paksaan, tepatnya paksaan yang Qilla laksanakan dengan sepenuh hati.

“Setelah ini latihan bareng gue.” Dylan mengambil papan skateboard yang Qilla pegang di sisi kiri tubunya.

“Nanti, gue ke toilet bentar.”

Mereka sudah menjadi sorotan sejak keduanya turun dari mobil secara bersamaan. Qilla menahan gugup, dan berusaha semaksimal mungkin menetralkan ekspresi menjadi datar, seolah tidak peduli.

Dylan tersenyum tertahan, tangan nya beralih mengusap pipi Qilla dengan pelan, oh baiklah, ini adalah momen paling memalukan setelahnya. Dylan dengan sengaja, mendekatkan bibirnya kearah pipi, lalu dengan gerakan cepat, mengigit pipi tembam itu, hingga bekas kemerahan terlihat disana.

“Pipi lo kayak Marshmellow, gue suka,” kekeh Dylan, berlari dari sana, meninggalkan Qilla yang sudah bersungut sebal.

Untung saja Dylan tidak melihat wajahnya yang sudah memerah, bahkan sudah menjalar ke telinga, belum lagi dengan orang-orang yang melihat adegan tadi. Qilla bertambah malu! Tangan nya mengusap pelan berkas jejak gigitan Dylan, tanpa sadar bibir nya tertarik keatas, cukup tipis.

“Dylan, lo benar-benar buat gila belakangan ini.”

Area Ax Sk8 sudah tampak ramai, bahkan ini belum memasuki pukul 11 siang. Tapi tidak pula toilet umum yang sepi. Letak toilet umum disini nyaris sudah tidak ada lagi bangunan yang berdiri di samping, tepatnya, di ujung area ini, dengan warung sederhana yang terletak di depannya.

Toilet khusus ‘girl.’ Ternyata ramai dengan gadis-gadis yang sudah terdesak ingin buang air, ini lebih banyak daripada toilet ‘boy.’

Tapi saat sudah tiba giliran Qilla, seseorang menarik nya dengan kasar, yang hampir membuat Qilla terjengkang ke belakang karena kaget, untung saja dia bisa menahan diri dengan memegang erat pintu masuk toilet.

Ow, ow, I’m sorry, I really didn’t know it was you.” Itu ulah Brina, dengan mata yang menyorot nyesal, tepatnya hanya pura-pura menyesal telah membuat Qilla kaget. “Duh, astaga, lo bahkan hampir jatuh, maaf ya,” lanjut Brina dengan ekspresi sok sedih-nya.

Qilla menyentak kasar genggaman Brina pada ujung kaos kebesaran miliknya. “Hi Brina, long time no see, gue nggak pernah lihat lo deh, belakangan ini.”

Basa-basi yang mengandung kepura-puraan tadi memang agak menjengkelkan. Berbicara dengan Brina membuat Qilla malas. Gadis dengan gaya sok itu, tertawa remeh, Brina bersedekap dada. Matanya memandang Qilla dengan mimik menyedihkan.

“Oh really? Mungkin lo sibuk mikirin berapa ronde ntar malam dengan Dylan,” kata Brina yang sedikit mengeraskan intonasi suara.

Gay-ilan [COMPLETED]Where stories live. Discover now