28 || Gay-ilan

5.7K 356 8
                                    

vote dan comment nya jangan lupa, Kaks❣︎

vote dan comment nya jangan lupa, Kaks❣︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Cemburu pada seseorang, memikirkan nya di setiap waktu, kesal saat dia berjalan dengan gadis lain, apa itu termasuk rasa suka? Oke, Qilla akui memang benar, mungkin saja, dia menyukai Dylan. Secepat itu! Terdengar mustahil, tapi ayolah, ini sudah kejadian. Dan Emilie justru menanyakan hal memalukan-menurut Qila. Tidak mungkin dia harus mengakui tepat di depan saudara dari Dylan itu, bisa jadi Emilie akan mengadukan nya nanti.

“Haloo.” itu suara Emilie. “Lo cuma nyapa Kak Qilla? Mata lo minus ya? Lo nggak lihat ada tubuh besar di samping dia?” protes Emilie, nada nya kesal bersungut-sungut. Iris abu-abu milik Emile menatap tajam Dylan, tak terima.

Baiklah, sekarang di apartemen kedatangan satu orang lagi, Dylan. Dan satu-satunya cowok disini. Ah tidak, masih ada Moegi, kucing yang berjenis kelamin jantan.

“Nggak penting nyapa lo,” kata Dylan dengan ekspresi datar. Emilie semakin kesal, gadis itu menggertak kan giginya, dan berdiri, menghampiri Dylan lalu menendang tulang kering cowok itu.

“LO NYEBELIN!” pekikan Emilie menggema, terdengar keras.

Qilla beralih menatap Dylan, cowok itu meringis, tapi matanya tak terlepas dari Emilie, memaki Emilie melalui tatapan itu. Ayolah, apa seperti ini pertengkaran antara adik perempuan dan kakak laki-laki?

Dylan tak lagi meringis, matanya kembali beralih menatap Qilla, berjalan begitu saja melalui nya. Dia pikir Dylan tidak akan mengeluarkan suara setelah itu. Tapi justru cowok itu berhenti sesaat tepat di samping sofa.

“Follow me!”

Qilla menyerngit bingung. “Where?”

“Balcony.”

Qilla menoleh pada Emilie, dia tak enak jika hanya meninggalkan Emilie sendiri di ruang tamu, tapi Emilie menaikkan alisnya, oh itu tatapan menggoda yang di layangkan Emilie, seolah-olah berkata pergilah!

Dylan lebih dulu mendahului nya, Qilla mengikuti langkah lebar cowok itu. Heran, kenapa para lelaki lebih gesit untuk sesuatu hal.

Tak lama, Qilla memasuki kamar Dylan, nuansa kamar yang mendominasi warna hitam itu sangat nyaman untuk di tempati, sangat rapi. Hanya ada kaos kebesaran bewarna army di ranjang. Bukannya Qilla tidak sopan untuk memasuki kamar orang asing, tapi tadi Dylan mengajaknya untuk ke balkon, dimana tempat itu berada di kamar Dylan.

Dia tidak menemukan Dylan di ruangan ini, tapi melihat pintu kaca transparan yang di tutupi setengah tirai putih yang berterbangan akibat di tiupan angin, sudah jelas bahwa saat ini cowok itu di balkon kamar. Qilla berjalan kearah balkon, tampak Dylan tengah membelakangi pintu, hanya terlihat punggung polos tanpa atasan dan hanya menggunakan celana pendek hitam.

Gay-ilan [COMPLETED]Where stories live. Discover now