47. End

74.8K 9.3K 1.2K
                                    

Jangan lupa besok live ig, ada Gus Rahsya!

Jangan lupa besok live ig, ada Gus Rahsya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jika takdir itu tentang cinta dan perpisahan, maka aku akan memilih keduanya bersamamu. Hingga Jannah-Nya."

Seminggu telah berlalu dengan cepat, Syahara tidak sabar ingin melihat dunia dan seisinya. Kira-kira bagaimana bentuk manusia, seperti apa warna-warni, juga huruf Hijaiyah yang sering Hawa juga Gus Rahsya jelaskan. Dalam balutan gamis berwana hitam, Syahara duduk sendirian kali ini tanpa penutup mata. Dilihat-lihat memang matanya tidak seperti tunanetra pada umumnya.

Sadalla menyentuh bahu adiknya, cowok dengan baju Koko senada serta sorban berwana hitam yang tersampir dibahunya. "Dek, Insya Allah...kamu akan segera melihat dunia dan seisinya. Kamu menginginkan hadiah apa dari saya?" membuat Syahara tersenyum, Sadalla memang selalu bersikap manis.

"Boleh bawa Hara kepantai gak, sama Bubu dan Baba. Setelah bisa melihat, katanya senja itu akan indah jika dilihat bersama keluarga. Hara cuman minta itu Abang, apa boleh?" suara Syahara begitu manis ditelinga, terdengar begitu lembut.

"Hara anak manis telolet-telolet keponakan om yang cakep gak kayak emaknya, kamu udah siap?" Neraca datang bersama Azrina, yang senantiasa mendampingi.

"Ih om jelek, kok sama om sih. Hara maunya sama Bubu, sama Baba." ucap Hara membuat Azrina tertawa, panggilan Hara kepada Neraca memang om jelek. Katanya jelek karena sering memakai boxer barbie, Hara selalu mendengar ucapan Hawa.

Neraca berdesis, anak-anaknya sedang mondok disini. Itulah sebabnya mereka tinggal satu atap agar tiga putra Neraca terpantau, lengan Hara diraih dengan lembut oleh Sadalla. "Hari ini tidak usah pake tongkat, berdiri sama Abang yah. Bubu sedang mual-mual, kata Baba menyusul."

Syahara menggeleng, "Abang, tapi Bubu sama Baba janjikan lihat Syahara operasi?"

"Pasti sayang, kamu jalan terlebih dahulu. Baba sama Bubu menyusul." ucap Gus Rahsya mengecup puncak kepala putrinya dengan perlahan.

"Oke Baba, jangan lama-lama ya!"

"Iya sayang, hanya satu jam saja." jawab Gus Rahsya dengan senyuman manis.

Syahara mulai melangkah. Namun langkah gadis itu terhenti sejenak menoleh kearah belakang, melambaikan tangan kepada Gus Rahsya. Walaupun tidak dapat melihat, ia memakai batin. Gus Rahsya membalas lambaian tangan putrinya. "Dadah Baba, Bubu juga. Hara tunggu ya!"

"Iya sayang..." membalas dengan lambaian tangan.

Garis Takdir Untuk Hawa Where stories live. Discover now