39. Ruang pengadilan

59.5K 8.5K 824
                                    

"Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang tidak menghakimi manusia lain. Hanya karena rasa benci."

- Garis takdir untuk hawa.

- Garis takdir untuk hawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang pemuda berjalan, menghirup udara segar yang begitu di rindunkannya dengan senyuman lebar. Rumah bernuansa putih, yang begitu mewah itu ia tatap. Kaki jenjangnya mulai melangkah, menuju gerbang utama yang di jaga oleh dua scurity.

"Eh Aden Alga?" Pak Agung terlihat sangat terkejut, pasalnya. Alga datang sendirian, tidak ada kabar sama sekali.

Alga tersenyum. "Hai Pak Agung, saya udah bebas. Mama sama Papa mana, mereka ada di dalam ya pasti?"

Rindu sekali rasanya Alga, setelah di penjara cukup lama. "Pak kok diem aja, yaudah saya masuk ya."

"E--h den tunggu!"

Di dalam rumah, jenazah Rangga baru saja sampai. Sekitar pukul 9:00 pemakaman akan segera di laksanakan. Pemuda itu nampak heran, tidak biasanya rumah ini ramai sekali. Masih dengan perasaan bingung, ia terus berjalan. Melewati orang-orang berpakaian serba hitam.

"Papa buka restoran seafood lagi kali ya, kok banyak orang."

"Eh nak Alga, kamu kok ada di sini?"

"Iya Tante dimana Papa, Mama, dan Adek?"

Alga celingukan, susah sekali rasanya untuk masuk ke dalam.  "Yang sabar ya nak Alga..Adek kamu meninggal dunia kemarin, dia di bun—"

"Apa?!" Tidak menunggu waktu lama, Alga menerobos masuk. Benar saja, Jasad Rangga terlihat di penuhi oleh luka-luka.

"Rangga!" 

Suara teriakan Alga, membuat semua mata memandang ke arahnya. Termasuk Soni, dan Rani. Alga memeluk tubuh Rangga dengan erat, walaupun ia sering jutek kepada sang adik. Tetap saja, rasa sayangnya begitu besar.

"Aga, kamu harus ikhlas sayang..." Soni berusaha meraih tubuh Alga, pemuda itu menepis.

"Adek kenapa bisa kayak gini Pah, siapa yang buat Adek kayak gini?!"

"Adek kamu meninggal akibat seorang lelaki bernama Rahsya, dia di dorong sangat kencang. Menyebabkan tubuhnya melayang, dan jatungnya tertancap oleh pecahan kaca."

Tangan Alga mengepal erat. "Gue bakalan bales ini semua, tunggu aja!"


🤰🤰🤰

Garis Takdir Untuk Hawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang