9. Mimpi buruk

88.3K 13K 421
                                    

Gaada yang mau ngucapin Hbd nih?

Btw, kalian ngelunjak ya😤 masa minta update 5 bab atau gak 6 bab😤 karena aku baik hati, dan tidak sombong. Aku kasih dua bab aja😤 coba kalau mintanya 3 bab di kabulkan😤

Btw, btw jangan lupa follow akun Instagram.

@mhmmdrahsyaa
@maysarahawaa
@wp. Dutahappygirl
@melsandaokt

Btw, aku lagi nyari Rp buat Gus Rahsya, tapi cowok 🙂 kalau ada boleh dm akun salah satu di atas, mau aku ajak konten. Aku butuh suara dan orangnya juga xixi.

Sekian, terimagaji.





Dengan tergesa-gesa Gus Rahsya berlari menuju istrinya yang di kabarkan pingsan, pemuda itu membuka pembatas yang menjadi penghalang di antara perempuan dan laki-laki. Di sana terlihat seorang gadis dengan mukena berwana pink cerah tidak sadarkan diri, Azrina memercikan sedikit ke arah wajah Hawa. Namun nihil, gadis itu masih tidak sadar.

"Assalamualaikum semua, di harapkan duduk kembali di tempat masing-masing. Biar saya yang urus masalah ini, kecuali Azrina dan juga Kiara ya. Untuk yang lain, di persilahkan untuk kembali tadarus." Instruksi dari Gus Rahsya membuat para santriwati bubar seketika.

Pemuda itu ingin berlari, meraih tubuh istrinya yang tergeletak tak berdaya. Namun rasa itu ia tahan kuat-kuat, setelah sampai di hadapan Hawa. Gus Rahsya merasa bimbang.

"Gus, sepertinya mba Hawa benar-benar pingsan." Azrina tidak pernah menangani orang pingsan seperti Hawa, jadi ia sangat kebingungan.

Gus Rahsya ingin meraih lengan Hawa, untuk mengecek denyut nadinya. Namun pria itu ragu, ia gugup. Selama hampir 3 tahun menikah, mereka berdua belum pernah bersentuhan walaupun hanya sekali.

Kecuali, saat Hawa meninju pipinya.

"Ngapunten Gus, di dalam keadaan darurat seperti ini bukanya boleh ya melakukan sesuatu yang di larang. Di sini yang mengerti kesehatan hanya Gus loh, kasian Mba Hawa." Kiara sengaja mengeraskan suaranya, agar para santriwati dapat mendengar dan tidak salah paham.

Perlahan, telapak tangan Gus Rahsya mulai menyentuh pergelangan tangan Hawa. Debaran jantung Gus Rahsya tiba-tiba saja berubah menjadi kencang, pemuda itu berusaha fokus untuk memeriksa istrinya.

"Bawalah Hawa keluar, kalian papah dengan pelan." Perintah Gus Rahsya, ia tidak bisa sembarangan untuk menggendong tubuh Hawa. Jika mengingat status pernikahan mereka hanya di ketahui oleh beberapa orang saja.

Setelah sampai di luar masjid, tubuh Hawa di sandarkan di tembok. Gus Rahsya menatap ke arah tiga gadis yang telah membantunya. "Terimakasih, masuk lah kembali. Saya akan mengurus Hawa."

"Nggih Gus, Assalamualaikum." Mereka menundukkan kepalanya sebagai tanda salam.

Setelah memastikan keadaan sepi, dan tidak ada yang melihat. Gus Rahsya meraih tubuh Hawa, menggendongnya ala bridal style. Pipi pemuda itu memerah ketika Hawa tiba-tiba saja mengalungkan kedua tangannya di leher Gus Rahsya.

"Kamu manis sekali yaa Zawjatii," bisik Gus Rahsya lirih, ia benar-benar gemas dengan tingkah laku sang istri.

Saat mengecek kondisi Hawa tadi, Gus Rahsya menyadari. Bahwa istrinya itu sedang tertidur, bukan pingsan. Untung saja Aliza pernah bercerita, ketika mengantuk Hawa bisa saja tidur di manapun. Gadis itu akan sulit untuk di bangunkan, terkecuali jika bangun sendiri.

Garis Takdir Untuk Hawa Where stories live. Discover now