26. Tahajud, dan Cinta

97.4K 11.8K 2K
                                    

"Seluas perairan, setinggi Angkasa. Begitulah perasaan cinta ini, tidak bisa di ukur. Tidak bisa pula di perhitungkan."

- Muhammad Rahsya Al-Husayn.

Kira-kira komen di bab ini tembus berapa ribu ya?

Absen dulu!

Jangan lupa beli tiket ke mars, selamat datang di arena bucin lovers.

Jangan lupa beli tiket ke mars, selamat datang di arena bucin lovers

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.




Sekitar, pukul 1:00 Gus Rahsya terbangun. Tangan kiri lelaki itu terasa agak berat, saat menoleh. Wajah cantik milik Hawa terpampang jelas, hidung sedikit mancung, pipi lumayan berisi, sungguh sangat cantik tidak bisa terlalu di definisikan.

Tangan kanan Gus Rahsya terangkat, membelai pipi Hawa dengan begitu halus. Sebelum beranjak, ia dengan sangat pelan menarik lengannya agar Hawa tidak terbangun. Setelah itu, Gus Rahsya mengecup kening Hawa cukup lama.

"Saya mandi dulu ya sayang."

Beberapa menit kemudian, semerbak bau sabun tercium di seisi ruangan saat Gus Rahsya keluar dari dalam kamar mandi. Di liriknya Hawa masih tertidur pulas, padahal sudah pukul 1:23 dini hari.

Kali ini, Gus Rahsya mengenakan gamis berwana biru muda. Melangkah menuju ke arah istrinya dengan pelan, dengan lembut jari-jarinya membelai wajah Hawa yang masih terlelap di dalam tidur.

"Yaa Zawjatii, bangun sayang. Mari kita shalat tahajud bersama." Suara Gus Rahsya terdengar pelan, membisik di telinga kiri sang istri.

"Eungh—gak mau masih ngantuk." Hawa menolak dengan suara parau, masih setengah sadar.

Jari-jari itu kembali membelai wajah Hawa dengan lembut, beberapa kali Gus Rahsya memberikan elusan. Sungguh, tidak ada suara meninggi ataupun gerakan yang kasar saat membangunkan Hawa. Lelaki itu sangat hati-hati, takut istrinya terbangun dalam keadaan mood buruk.

"Sayang...bangun, kamu harus mandi loh."

"Mandi buat apa ayang?" Mata wanita itu sedikit terbuka, rasanya sangat silau sekali. Walaupun sudah mulai terbiasa bangun dini hari, Hawa masih belum bisa sepenuhnya bangun pagi.

"Mandi besar, ayo bangun. Akan saya ajarkan tata caranya, setelah mandi. Kita shalat tahajud bersama ya."

Hawa menggelengkan kepala, mengalungkan kedua tangan di leher Gus Rahsya. "Peluk dulu." Pinta Hawa dengan suara manja.

Garis Takdir Untuk Hawa Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum