Diam-diam Qilla mengepalkan telapak tangan nya dengan kuat, untung saja orang-orang di sekitar mereka sudah tidak ada lagi, mungkin masih, hanya saja jaraknya lumayan jauh dari Qilla dan Brina berdiri.

Tetangga nya itu selalu saja mencari masalah dengan Qilla, tapi saat gosip yang beredar terdengar, Brina semakin gencar menunjukkan ekspresi tidak suka nya pada Qilla.

Dengan tenang, Qilla membalas senyuman Brina, tak kalah palsu. “Tentu. Gue masih bingung kalo bahas masalah ginian, lo mau ngasih saran nggak, berapa ronde gue harus main bareng Dylan, duh, bayangin nya aja, gue udah panas.”

“Astaga, lo udah kayak jalang, oh atau mungkin jalang? Astaga, gue bingung, rendah banget ya selera Dylan sekarang.”

Sialan! Qilla mengumpat tak terima, perkataan Brina membuatnya merasa hina, Qilla tidak pernah di rendahkan seperti ini sebelumnya.

“Setidaknya, kami melakukan nya atas rasa sama-sama suka, dan terikat dalam hubungan yang jelas. Nggak kayak hubungan Friends with Befenits kebanyakan,” balas Qilla penuh dengan kebohongan.

Tapi, entah kenapa, Qilla mendadak berpikir, bukankah Qilla sama saja dengan Brina? Melakukan hal yang sudah diluar batas, maksudnya seperti berciuman dan melakukan hal romantis lainnya. Bahkan mereka tidak terikat dalam hubungan apa pun.

Hatinya menjadi sedih untuk membayangkan jika saja ini benar terjadi, Dylan pasti akan menjadikan nya target dalam hubungan Friends with Befenits yang dia buat kemudian hari.

“Maksud lo apa?” tanya Brina, merasa tersinggung.

“Apa sih yang nggak gue tau, Cantik,” bisik Qilla, melipatkan kedua tangan nya dibawah dada. “Katakan, apa tujuan lo sekarang? Apa lo iri, Dylan lebih milih gue dan ninggalin lo?”

Brina tersenyum sinis. “Iri? Sama cewek murahan kayak lo? Nggak guna!” tekan Brina. “Lagipun, Dylan cuma ngincar tubuh lo, bercinta hingga bosan, lalu, ninggalin lo gitu aja.”

Apasih yang dia mau, fitnah Dylan mulu, deh. Qilla membatin kesal.

“Slut? Isn’t that you?”

Brian menggeram marah, tangan nya melayang ke udara, siap untuk melayangkan tamparan, tapi sebelum tangan putih Brina mengenai objek, Qilla menangkis gerakan tangan Brina dengan cepat. “Kenapa? Gerah ya? Atau lo nggak terima kebenaran yang ada.”

“Berhenti sok tau! Gue muak lihat lo selama ini!” pekik Brina, dengan nafas tak beraturan, Brina berusaha menyingkirkan tangan Qilla yang seperti ingin mematahkan tulangnya.

“Kenyataan nya lo gitu. So, Berhenti drama!” balas Qilla datar. “remember this, we’re not the same! I’m not cheap like you, bitch!”

“Sialan!” desis Brian saat itu.

❦︎

Qilla dengan mimik masam yang dia perlihatkan membuat Dylan bingung. Sehabis balik dari toilet tiba-tiba saja ekspresi wajah Qilla berbeda. Tidak seceria sebelumnya.

“Kenapa?” tanya nya.

Ngomong-ngomomg Qilla menolak tawaran nya untuk bermain skateboard, dengan lesu, Qilla menjauh dari Dylan yang bingung dengan Qilla sekarang, dia memilih untuk duduk di warung yang tak jauh dari lapangan area Ax sk8.

Gay-ilan [COMPLETED]Where stories live. Discover now