"Astaghfirullahal 'adziim."

"Astaghfirullahal 'adziim."

"Astaghfirullahal 'adziim."

"Yaa Rabbii, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Ampunilah dosa-dosa hamba yang banyak ini. Ampunilah hamba yang masih lalai ketika panggilan dari-Mu. Ampunilah hamba yang terkadang tidak khusyu ketika beribadah kepada-Mu."

"Yaa Goffar, temani hamba agar berjalan di jalan lurusmu. Berikanlah hamba kekuatan atas masalah hamba dan keluarga hamba hadapi yaa rabbii."

"Yaa Rabbi, bohong jika hamba mengatakan hamba tidak rindu dengan Abba hamba. Hamba sangat sangat merindukannya. Jagalah ia di manapun berada, ku serahkan semua urusan saya kepada engkau. Hamba tahu bahwa engkaulah sebaik-baik penjaga."

"Berilah kekuatan kepada hamba dan keluarga hamba. Semoga hamba dan keluarga hamba selalu berada di lindungan-Mu."

"Aamiin Yaa Mujibassaailiin." Ucap Fathan mengusap wajah untuk mengakhiri do'anya bersamaan dengan air mata yang sulit terhenti. Seolah ia mengeluarkan perasaan yang selama ini ia pendam. Perih sangat perih, anak pertama yang harus kelihatan baik-baik saja tanpa mengungkapkan kesulitan yang sedang di alami. Sedang bahagia atau pun tidak, bagi Fathan meminta kepada sang pencipta tidak boleh terlewatkan.

***

Setelah kejadian malam itu, Amma Maryam lebih mementingkan perasaan Zalfa di bandingkan dengan dirinya. Bagaimana pun, Zalfa harus tahu tentang ayahnya. Akhirnya, Amma Maryam memutuskan untuk ke pesantren Abi nya yang tak lain adalah kyai Hasan, kakek Fathan dan juga Zalfa.

"Sayang, kamu sudah siap belum nak? Udah malem nih?" Tanya Amma Maryam di balik pintu kamar Zalfa.

"Udah siap kok, Amma sayang.." jawabnya dengan wajah sumringah. Akhirnya ia bisa bertemu dengan kakeknya. Fikirannya sudah berada di Mesir, bagaimana rasanya jika ia menginjakan kaki ke tanah negeri para nabi? Hatinya berbunga-bunga mengingat ia yang punya impian berkuliah di negeri para nabi tepatnya di Mesir.

Namun takdir berkata lain, setelah ia istikhoroh hatinya lebih condong kuliah di Indonesia. Memilih jurusan bisnis, ini juga bagian dari cita-citanya. Pada akhirnya, Zalfa mempunyai butik baju syar'i, namanya Dira Store. Nama ini di ambil dari nama tengahnya, Anindira. Menurutnya, jika memakai nama El-Malik Store nanti banyak orang yang mengetahui bahwa ia adalah cucu dari kyai Hasan, fikir Zalfa.

"Amma, Abang adek udah siap." Ucap Zalfa membawa koper dan tas yang sering ia bawa.

"Dek, kamu mau kemana?" Heran Fathan.

"Ke pesantren lah." Jawab Zalfa antusias.

"Masa bawa barang banyak, inj mau ke pesantren bukan liburan. Iya gak Amma?" Cibir Fathan pada adiknya.

"Abang lagian kenapa sih, adeknya bawa barang banyak bukannya di bantuin malam di ledekin." Ucap Zalfa mengerucutkan bibirnya.

"Iya.. iya." Ucap Fathan pasrah.

"Abang, adek. Barangnya udah semua?"

"Udah Amma."

"Yaudah, kalian tunggu di mobil ya. Amma mau ngunci rumah dulu."

"Ok Amma." Jawab Fathan dan Zalfa bersamaan.

Suasana malam di Bandung sangat ramai bahkan ada yang bilang jika malam Bandung terlihat sangat indah dan mengagumkan. Benar, jika kota Bandung adalah kota kenangan.

Rembulan Yang SirnaWhere stories live. Discover now