20| sesuatu hal yang kecil

48 10 12
                                    

Play song: Ada Apa Denganmu—Noah🎶

Dapatkah kau lihatnya perbedaan yang tak terungkapkan—1:53.

Bagian dua puluh.

Karena latihan band akan dikurangi saat hari-hari ujian, Bara pulang ke rumah lebih awal. Hanya saja, terdapat mobil asing terparkir di halaman rumah. Apa ada tamu? Apa ayahnya pulang? Tebaknya.

Saat membuka pintu, Bara dikejutkan dengan sang mama yang sibuk berada di dapur. Aroma masakan menyeruak ke dalam indera penciumannya. Tumben, biasanya boro-boro masak, makan di rumah saja jarang.

Tapi bukan hanya itu. Bara mendapati perempuan bersurai hitam panjang, tubuhnya ramping dengan kulit putih cerah bersisian berdiri di samping sang mama. Dia siapa?

"Eh, Mas udah pulang!" Maya menyadari keberadaan Bara yang memperhatikannya dari ruang tengah. Wanita itu mendekati Bara lalu merangkul bahunya, menuntunya untuk menghampiri meja makan mendekati perempuan yang sangat tidak familier itu.

Perempuan itu tersenyum manis ke arah Bara, menampilkan matanya juga ikut membuat lengkungan senyum. "Hai, kamu pasti Bara ya?"

Kedua alis Bara terangkat. Tidak mungkin jika ini teman mamanya.

"Nah, Mas, ini Julia, pacarnya Kakak," kata Maya.

Ah, pacar kakaknya rupanya. Ia berjabat tangan dengan perempuan itu, mencoba sedikit terlihat ramah. "Bara," ucapnya.

"Julia," balas perempuan itu. "Kamu tinggi banget, Kakak kamu kalah tingginya," lanjutnya lalu terkekeh kecil.

"Ih, dia mah waktu kecil kalo disuruh minum susu kalsium gak mau, Lia. Main bulutangkis aja terus, boro-boro minum susu kalsium, makan aja sering dilewat," sahut Maya. "Kalau Bara selalu nurut, minum susu kalsiumnya rajin, minyak ikan juga doyan aja, makan banyak sayuran juga gak rewel, beda sama kakaknya," lanjutnya.

Mendengar ucapan sang mama, Bara merasa sedikit terusik. Toh, sejak kecil di mana ia tumbuh kembang bukan bersama wanita itu. Bara bahkan baru mengetahui mamanya ternyata masih ada setelah berusia 15 tahun.

Tawa dari kedua perempuan itu terdengar. Bara merasa tidak seharusnya di tempat ini, lebih lagi terdapat pacar kakaknya, jika masih menetap di sini, bisa saja Julia akan diputusi kakaknya karena berbicara akrab dengannya.

"Ma, Mas mau latihan," tukasnya.

"Eh, kok latihan? Mama pikir kalo hari ujian latihannya dikurangin," kata Maya. "Sini aja makan dulu bareng Kak Julia, Aluna juga sebentar lagi pulang, tenang aja Kakak kamu gak ke sini kok, ya kan Lia?"

Perempuan itu tersenyum. "Iya Bara, Kakak kamu masih latihan kok, dia gak akan ke sini."

"Aku hari jum'at mau manggung lagi Ma," alibinya.

Kedua bahu Maya meluruh. "Harus banget ya? Mama udah lama gak makan bareng kamu."

Bara mengusap bahu sang mama. "Maaf, Mama masih lama kan di rumah?"

"Masih kok, Mama pergi lagi nanti tanggal tiga puluh, mau ke Singapura," balasnya.

"Masih banyak waktu, lain hari aja kita makan bareng. Bara mau ganti baju, abistu latihan. Maaf ya Ma."

****

Bara seketika terdiam setelah berhasil keluar dari perumahan. Ia bingung harus pergi ke mana, Galen sedang bimbel, Orion tentu saja ke pacarnya, Nolan dan Elang sudah pasti sedang berada di warung Mang Mi'on—tongkrongan utama siswa IPS.

Sedangkan Aletta masih tidak ingin bicara padanya. Ah, tadi saja saat mengerjakan soal ujian gadis itu memberengut sebal seolah tidak ingin sedikitpun menarik sudut bibirnya. Wajahnya muram, lemparan dadunya pun sangat keras hingga pengawas ujian memarahinya.

AB+Where stories live. Discover now