Kebenarannya

58 3 0
                                    

🐳

Alfi melangkah keluar dari kamar mandi. Gadis itu terlihat santai dengan balutan kaos oblong dengan celana pendek yang ia kenakan, rambut basahnya masih tergerai menyeruakan harum mint dari shampoo yang ia pakai.

Alfi berjalan menuju kamar Niko, kemudian mengetuknya dari luar.

"Iya bentar," Sahut Niko dari dalam.

"Soal tadi," Ucap Alfi seraya masuk mendahului Niko.

Alfi duduk di tepi ranjang, menatap lamat pada Niko yang duduk berseberangan dengan dirinya.

"Langsung aja, Dek." Pinta Alfi.

Niko menghela napasnya panjang. "Jadi ...."

*Flashback On*

"Lo berdua di mana?" Tanya Niko seraya mendekatkan ponselnya ke telinga.

" ... "

"Ok, gue kesana." Ujarnya sebelum telpon itu terputus.

Niko berjalan dengan cepat, namun langkahnya terhenti saat seseorang yang ia kenal tak sengaja bertabrakan dengannya. Niko ingin menyapa Ivan lebih dulu, akan tetapi niatnya urung kala seorang wanita memarahinya.

"Sorry," Ucap Niko, dengan sopan.

"Kalau jalan pake mata. Mata lo buta, hah?" Cerca gadis itu yang ternyata adalah Elina.

Niko mengepalkan tangannya kala wajah Ivan berada tepat di depannya.

"Diajak ngomong malah bengong, budek lo." Kata Elina.

"Udah-udah, kita lanjut aja." Sahut Ivan menenangkan.

Niko mematung di tempat, menyaksikan sepasang sejoli yang baru ditemuinya berlalu pergi. Tangannya mengepal erat, menampilkan urat-urat yang menyembul dibalik tanganya yang putih.

"AN**NG LO!" Umpatnya sebelum berlalu pergi dari sana.

*Flashback Off*

"Lo yakin dia Ivan?" Tanya Alfi tak percaya.

"Gue yakin Kak, kalau cowok itu beneran kak Ivan." Jawab Niko sungguh-sungguh.

Pria itu mengambil handphone miliknya yang berada di atas nakas. Ia membuka folder foto untuk memperlihatkan gambar Ivan yang ia potret semalam.

Niko memberikan ponselnya pada Alfi. "Nih,"

Mata Alfi terbelalak. Benar saja pria itu adalah Ivan, tapi siapa wanita di sampingnya. Mata Alfi memanas, dadanya terasa sesak melihat laki-laki yang ia cintai bermain panas di belakangnya. Ia tidak menyangka, Ivan bisa sebrengsek itu.

Pasalnya, selama berpacaran dengannya, Ivan terlihat seperti anak baik-baik. Tidak pernah merokok, minum-minum, apalagi sampai datang ke bar. Tapi apa yang ia lihat kali ini, memutar balikkan kenyataan bawah Ivan tak sebaik yang dipikirkan olehnya.

Niko khawatir dengan reaksi Alfi yang hanya diam. "Lo nggak papa kan, Kak?"

"Gue baik-baik aja," Alfi mengehela napasnya sebentar. "Makasih." Ucapnya seraya menepuk bahu Niko.

Alfi pergi dari sana, langkahnya ia buat gontai. Cerita dan foto yang adiknya tunjukkan masih berputar di kepala gadis itu. Sementara Niko, dia tak tega melihat kakak satu-satunya itu kecewa hanya karena cinta. Tangannya mengepal kuat seakan ingin memberikan bogeman untuk Ivan.

🐳🐳🐳

Langit dan dokter Rani meninggalkan area pemakaman yang jaraknya cukup dekat dari rumah sakit tempat dokter itu bekerja. Dua gundukan tanah dengan nisan tanpa nama yang terbilang masih baru mengalihkan seluruh atensi Langit, ia masih betah berlama-lama di sana.

Kisah Dari Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang