Menghindar

66 4 0
                                    

🐳

Alfi berjalan dengan lunglai. Tatapan matanya sayu karena rasa pusing yang mendera sejak tadi, mungkin itu efek dari hujan-hujanan yang ia lakukan bersama Langit.

"Dari mana aja, lo?" Tanya laki-laki yang tentunya sudah ia kenal.

Tubuh Alfi menegang saat suara berat Ivan mengarah padanya. "Van," Sapa Alfi.

"Lo kemana aja, Fi? Jam segini baru pulang." Ivan menunjuk jam tangan yang jarumnya tepat mengarah ke angka jam delapan.

"Bukan urusan, lo!" Jawab Alfi cuek, ia masih kesal dengan perlakuan Ivan tadi pagi.

"Jelas ini urusan gue!" Ivan bangkit, mendekati Alfi yang berdiri beberapa meter dari tempat ia sekarang.

Akan tetapi gadis itu berjalan dengan cepat ke arah pintu untuk menghindari Ivan, hingga langkahnya terhenti karen Ivan sudah mencengkram erat tangannya dari belakang.

"Lepasin! Sakit!" Pekik Alfi.

"Di!" Seru Ivan.

Alfi menatap Ivan penuh kesal, tangannya memberontak namun tak membuat Ivan melepaskan cekalannya. Malahan cengkraman itu semakin kuat, terbukti dari rasa sakit yang Alfi rasakan.

"Kenapa? Nggak suka?" Ivan tersenyum kecil.

"Lepasin gue! Gue capek, mau tidur!"

"Jawab pertanyaan gue! Baru gue lepasin."

Alfi memutar bola matanya malas, ia benar-benar bosan berhubungan dengan cowok seperti Ivan.

"Jujur! Lo dari mana?"

Alfi tertawa sinis. "Bukan urusan Lo!"

"Lo selingkuh, kan!" Tuduh Ivan.

"Apa sih," Jawab Alfi ia kembali menepis tangan Ivan.

"Ngaku aja lo!"

"Gue nggak selingkuh!"

"Nggak usah bohong, Fi."

Alfi berdecak kesal. "Terserah!"

Ivan naik pitam, tangannya semakin kuat mencengkram tangan kiri Alfi.

"Aww ... lepasin Van, sakit." Ringis Alfi.

"Ini hukuman untuk cewek murahan kaya, lo." Ivan menunjuk muka Alfi hina.

Mata Alfi memanas mendengar hinaan dari kekasihnya. Ia tak menyangka dengan ucapan Ivan yang begitu menohok, merendahkan dirinya. Bulir hangat itu jatuh tanpa Alfi suruh.

"Kenapa? Nggak terima?" Ivan membelai rambut Alfi. "Kalau bukan murahan, apa? Jalang?"

Jleb, lagi-lagi Ivan mengeluarkan kata-kata kotornya. Alfi sudah tak tahan mendengar penghinaan itu, dengan cepat kakinya menendang kaki Ivan.

Ivan memekik kesakitan, dan itu menjadi kesempatan untuk Alfi terlepas dari kungkungan pria di depannya.

"Kurang ajar lo, Fi." Ringisnya.

Alfi masuk dengan setengah berlari, mengunci pintu dari dalam agar Ivan tak ikut masuk. Untung saja tak ada siapa-siapa di ruang tamu, jadi tak akan ada yang menanyainya apapun tentang kejadian barusan.

🐳🐳🐳

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Langit masih belum tidur. Ia mengelilingi koridor rumah sakit mencari keberadaan dokter Rani, untung saja ada suster Meta yang melihatnya. Sehingga Langit dapat dengan mudah menemukan keberadaan dokter yang dicarinya.

"Langit tunggu dulu ya, suster mau panggil dokter Rani dulu." Suster Meta menepuk bangku, isyarat untuk Langit duduk di sana.

Langit menurut tanpa mengeluarkan sepatah kata, matanya sibuk melirik kiri dan kanan. Sementara suster Meta sudah lebih dulu masuk ke ruangan dokter Rani, berniat untuk memberitahu perihal Langit yang mencarinya.

Kisah Dari Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang