Bawa Perasaan

64 4 0
                                    

🐳

Jam dinding di rumah keluarga Alfi sudah menunjukkan pukul tiga sore. Niko keluar dari kamarnya karena bosan, seharian sudah ia tidak kemana-mana. Benar-benar membosankan, pasalnya Niko bukanlah anak rumahan.

Mata Niko memicing, menyaksikan Marissa dan Dharma terlihat bersantai sembari menyaksikan sinetron kesayang yang ada di televisi. Dharma menikmati makanan ringan yang di buat oleh sang istri. Sesekali pasangan pasutri itu tertawa, menangis, bahkan marah-marah kala menonton.

Niko mendengus kesal. "Enak ya mesra-mesraan."

"Apaan sih, Dek." Jawab Marissa. "Sini duduk." Ucapnya lagi sembari menepuk sofa yang ada di sebelahnya.

Niko menurut, jalannya sedikit tertatih karena luka yang ada di telapak kaki kirinya.

"Masih sakit ya?" Tanya Dharma.

Niko mengangguk, ia benar-benar suntuk berada di rumah seharian. "Lumayan, Pah."

"Kak Alfi belum pulang, Mah?"

"Belum." Jawab Marissa.

"Mungkin masih main kali sama Ivan." Sahut Dharma.

"Biasa, anak muda." Laki-laki paruh baya itu menautkan alisnya, seakan memberi kode pada Marissa.

"Apaan sih, Pah."

"Ih, Mamah. Kaya nggak tau aja sih maksud Papah."

Niko yang mendengar percakapan itu lagi-lagi menghela napas panjangnya. "Terus yang nganter Niko ke rumah sakit siapa?"

"Ya udah, Papah aja."

"Nggak mau." Tolak Niko.

Marissa terheran. "Kenapa?"

"Kalau diantar Papah, yang ada luka Niko tambah parah Mah." Ujarnya mendramatisir.

Dharma terkekeh. "Emang Papah mau ngapain kamu, Dek? Nggak baik berprasangka buruk sama orang tua."

"Pokoknya aku nggak mau! Mamah aja ya yang anter."

"Nggak bisa, kamu sendiri tau kan kalau mamah nggak bisa bawa mobil sendiri." Marissa menolak.

"Kan ada aku, Mah."

Marissa mencubit paha Niko, entah apa yang dipikirkan anak bungsunya itu.

"Sakit, Mah." Pekik Niko.

"Nggak! Nggak ada ya kamu nyetir-nyetir mobil. Ba-ha-ya!" Marissa menekan kata terakhirnya.

"Ya udah chat si Kakak aja, suruh dia cepatan pulang." Dharma memberi solusi.

Niko mengambil ponsel yang ada di atas meja, berniat menelpon Alfi.

"Nomornya nggak aktif." Jelas Niko setelah mendengar telpon itu tak tersambung.

"Coba Ivan, siapa tau si kakak masih sama anak itu." Kata Dharma.

Dan ya, Niko berhasil menghubungi calon iparnya. "Kak Ivan!" Seru Niko.

"Iya kenapa, Ko?" Tanya Ivan dari seberang telpon.

"Kak Alfi masih sama Kakak, nggak?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Niko, Ivan malah menjawab dengan pertanyaan lagi. "Emang Alfi belum nyampe rumah?"

"Belum, Kak." Jawab Niko.

"Oh gitu ya, ya udah kakak tutup dulu telponnya ...."

Tut ... Tut ... Tut ....

Sambungan telpon terputus, Ivan memutuskan panggilnya secara sepihak.

"Gimana?" Marissa bertanya.

"Kak Alfi katanya udah pulang." Jawab Niko.

Kisah Dari Langit Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon