Pagi

57 4 0
                                    

🐳

"Assalamualaikum. Mah, Pah, Niko pulang." Bisik Niko saat membuka pintu rumahnya. Tak ada jawaban, ia melihat sekeliling tak ada siapapun di sana. Dan itu memang yang diinginkan pemuda itu.

"Syukurlah, semua orang udah pada tidur." Lanjut Niko dengan senyum yang mengembang.

Niko berjalan santai menuju kamar, tak sedikitpun membuat kebisingan. Namun saat ia memutar kenop pintu, suara berat dari arah belakang mengagetkan pemuda itu.

"Astaghfirullah, Pah!" Seru Niko.

"Kenapa? Kaget?" Tanya Dharma mengintimidasi.

Niko terkekeh, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Apa? Hahaheheh-hahaheheh," Ujar Dharma meniru gaya tawa anaknya.

"Dari mana aja kamu?" Tanya Dharma seraya berkacak pinggang.

"Niko habis ngerjain ... ngerjain ... ngerjain tugas sama temen, iya ngerjain tugas sama temen." Jawabnya cepat namun gugup.

Dharma sedikit mengangkat dagunya. "Temen yang mana?"

"Biasalah Pah, itu si Sam sama Jeffrey."

"Beneran?"

"Iya Pah, nggak mungkin kan aku bohong."

Dharma sama sekali tidak percaya dengan jawaban dari putra bungsunya. Ia mencium bau alkohol dari tubuh Niko, pertanda kalau anaknya itu sedang berbohong.

"Mah, Mamah." Teriak Dharma memanggil Marissa.

"Iya Pah, kenapa?" Sahut Marissa dari dalam kamarnya.

Terlihat jelas wajah mengantuk dari wanita itu. "Malem-malem teriak-teriak." Omel Marissa saat mendapati suaminya yang berdiri bersama Niko. "Kamu belum tidur, Dek?" Tanyanya seraya menatap heran Niko.

Niko tersenyum samar sebagai jawaban, ia dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya.

Marissa menatap Niko dari atas hingga bawah. "Kamu dari mana?" Tanya Marissa.

"Jawab," Sahut Dharma.

"Ni-niko habis ngerjain tugas, Mah." Jawab Niko.

"Wait-wait, ngerjain tugas nyampe pulang malem kaya gini. Emang tugas apaan?" Pertanyaan Marissa semakin menyelidik.

Marissa mencium bau sesuatu dari tubuh Niko. "Kamu habis minum ya, Dek?"

Niko diam, dirinya benar-benar tak dapat mengelak lagi. Ia tau betul seperti apa sikap Marissa dan Dharma, kedua pasangan suami istri itu bagaikan detektif yang selalu bertanya hingga ke akarnya. Alhasi, malam ini ia harus mendengar wejangan nasihat dari kedua orang tuanya.

🐳🐳🐳

"Kamu yakin nggak mau nginep di sini?" Tanya dokter Rani kala Alfi memutuskan pulang dari rumahnya.

Alfi tersenyum hangat sebagai penolakan, ia benar-benar tidak bisa memenuhi permintaan dokter Rani kali ini.

"Makasih ya udah jaga Langit seharian, kayaknya dia happy banget bareng sama kamu."

"Dokter bisa aja."

Alfi tersenyum kecil, matanya beralih menatap Langit yang sudah tertidur pulas di sofa. Mungkin pemuda itu lelah karena seharian tadi dirinya sangat aktif. Namun memberikan efek bagus untuknya. Langit lebih sering tersenyum setelah kebersamaan yang ia lakukan bersama Alfi.

"Besok bisa temui Langit lagi, nggak?"

Alfi tampak berpikir. "Aku usahain, Dok." Jawabnya santai.

"Makasih, Fi." Ujar dokter Rani seraya mengelus punggung tangan milik Alfi.

Kisah Dari Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang