1.Meminta Perceraian

54.7K 1.2K 21
                                    

Cuman mau nyapa, Hai doang kok hehehe
Jangan lupa vote, biar semangat!

Aku menghembuskan napas berulangkali. Sudah hampir satu jam aku menunggu di depan apartemen milik suamiku sendiri, tetapi pemiliknya tak kunjung datang. Mungkin orang-orang akan mengira bahwa aku adalah wanita terbodoh di dunia karena tindakan yang aku lakukan kali ini. Tapi apa peduliku? Aku hanya mencoba mencari jalan keluar untuk hatiku.

Hatiku yang tercabik-cabik hingga ke dasar. Hatiku yang terluka tanpa tahu apa sebabnya.

Dari kejauhan, aku melihat sepasang kekasih tengah bergandengan tangan dengan mesra. Berjalan sembari saling melempar senyum manis yang membuat semua orang iri.

Tetapi senyum itu tidak bertahan lama. Tepat satu meter dari jarak ku berdiri, langkah mereka terhenti. Raut wajah takut terlihat jelas dari sang wanita.

Kenapa dia harus takut melihatku? Padahal aku tidak akan memukulinya. Bahkan hanya sekedar mencacinya saja aku tidak terbesit sekali pun.

Bibirku tersenyum kecut tatkala melihat mas Danu melepaskan tautan tangan mereka secara paksa. Yah, sekali lagi ini salahku. Mungkin mereka terlalu kaget melihat kehadiranku yang tiba-tiba di depan apartemen mereka.

"Bi--Binar," panggil Mas Danu menyebutkan namaku terbata setelah berada tepat di hadapanku.

Kenapa Mas? Kenapa harus ekspresi seolah-olah kau ketakutan karena ketahuan selingkuh? Kenapa ekspresi itu yang kau tunjukkan? Seharusnya kau menatapku dengan tatapan culas dan sombong seperti tiga bulan yang lalu.

"Hai, Mas. Hai Anaya! Aku hanya datang sebentar. Aku membawa beberapa koper baju Mas Danu, juga aku ingin berbicara secara pribadi dengan Mas Danu jika kalian berkenan!" Pintaku dengan halus.

"Si--silakan, Mbak." Izin Anaya dengan nada suara bergetar menjawab permintaan ku.

"Terimakasih, Anaya. Mas, apa aku boleh masuk?" Tanyaku lagi setenang mungkin.

Mas Danu sedikit terkejut, namun sedetik kemudian dia menganggukkan kepala setuju. "Kita bicara di luar saja, ayo!" Ajaknya sembari ingin menyentuh tanganku.

Tetapi aku tahu diri. Sebagai kekasih Mas Danu Anaya tidak akan senang melihat kepergian Mas Danu bersamaku. Meskipun aku istri sahnya, tetapi Anaya tetaplah kekasihnya. Bahkan jauh sebelum kami menikah mereka telah menjadi sepasang kekasih.

Sudah ku katakan, bukan? Mungkin kalian akan mengira bahwa aku wanita terbodoh di dunia. Tapi, sudahlah. Mari lanjutkan ini, dan cepatlah akhiri semuanya.

"Enggak, Mas. Apa aku benar enggak boleh masuk ke dalam. Kalo begitu kita bicara di sini saja!" Ujar ku sembari menghindari tangkapan tangannya.

Mas Danu menatapku dengan tatapan tidak terbaca. Sedangkan Anaya melihatku dengan rumit. Tetapi sedetik kemudian Anaya berucap, "Masuklah, Mbak. Enggak baik bicara di depan pintu!"

Aku tersenyum tipis menanggapi ucapannya. "Terimakasih, Nay! Maaf merepotkan kalian. Padahal aku tahu kalian pasti lelah karena baru pulang liburan dari Swedia."

Bohong, jika aku mengatakan aku baik-baik saja! Bohong jika aku mengatakan hatiku tak sakit melihat perselingkuhan dari suamiku sendiri. Namun, karena sakit itulah yang menguatkan tekad ku untuk mengakhiri semuanya!

Karena sakit itulah yang membuat aku datang ke apartemen ini dengan tekad yang kuat. Butuh dua hari bagiku menanamkan kekuatan, agar aku tidak menangis ketika meminta diceraikan hari ini.

"Mbak tahu!" pekik Anaya dengan nada suara terkejut yang tertahan.

Aku memperhatikan wajah suamiku. Tatapan bersalah, dan penyesalan terlihat jelas. Seperti ada gelagat aneh yang ingin dia sampaikan namun tak bisa.

Married with your Uncle Where stories live. Discover now