Sepuluh

345 19 0
                                    

*٬ ۫ ֢ ᛃ ࣪˖ Chapter 10 ٬ ۫ ֢ ᛃ ࣪˖*

"Mah Pah Risa gak mau tinggal disini lagi, Risa takut sama Kak Oliver dan Kak Seb," ucap Risa ketika mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.
"Risa mau pindah ke apartment," lanjutnya.
"Kamu jangan pindah ya sayang, mending kakak kakak kamu aja yang pindah dari sini," mohon Karin.
"Jangan mah, nanti mereka tambah benci sama Risa," balas Risa.

Karin dan Killian terdiam, ini keputusan yang sulit untuk melepaskan anak kesayangan mereka keluar dari rumah ini.

"Sejak kapan mereka ngelakuin hal ini ke kamu?" tanya Killian.
"Sejak setahun yang lalu Pa," jawab Risa sambil menunduk takut.
"Kamu kenapa gak pernah bilang ke Papa kalau kamu slalu dianiaya sama mereka?" tanya Killian.
"Risa takut," balas Risa.
"Kamu beneran mau keluar dari rumah ini sayang?" tanya Killian lagi.
"Iya pa," jawab Risa sambil menatap mata ayahnya.

Killian menghela napas panjang, ia akan memberikan pelajaran kepada kedua anak laki-laki nya itu ketika mereka pulang ke kerumah.

"Besok Papa carikan apartement yang dekat sama sekolah baru kamu," ucap Killian membuat Risa senang.
"Sekarang aja Pa, besok biar Risa langsung pindah ke apartment Risa soalnya Risa gak mau ketemu sama Kak Oliver dan Kak Seb," balas Risa membuat Killian hanya mengiyakan permintaan putri satu-satunya itu.

Killian berjalan menuju ruang kerjanya dan menelepon asistennya untuk mengurusi masalah apartment baru dan pindah sekolah Risa.

"Maafin Mama ya sayang, ini semua salah Mama," ucap Karin sambil menangis dan memeluk Risa.
"Ini bukan salah Mama, ini udah takdir. Mama jangan nyalahin diri sendiri," kata Risa sambil balik memeluk ibunya.
"Kamu pasti capek kan gara-gara kejadian tadi, lebih baik kamu tidur sayang," kata Karin sambil melepaskan pelukan nya dan mengusap air matanya.
"Risa tidur dulu ya Ma, Mama juga jangan mikirin hal yang tadi," kata Risa lalu berjalan menuju kamar nya.

Setelah sampai di kamar Risa langsung mengambil handphone nya dan berbaring di kasur.

.
.
.
.
.

"Kamu beneran mau pergi sayang?" tanya Karin ketika melihat putrinya yang turun dari tangga sambil menyeret koper dan tas besarnya.
"Iya Ma," jawab Risa.
"Nggak besok aja perginya?" tanya Karin.
"Nggak Ma, udah untung kak Seb sama kak Oliver gak pulang hari ini, Risa udah gak punya nyali lagi buat ketemu mereka," jawab Risa.
"Jaga diri baik-baik ya, Mama bakal sering-sering ngunjungin kamu," ucap Karin sambil memeluk Risa sebentar.
"Risa pamit dulu ya mah," ucap Risa lalu berjalan keluar dari rumah itu.

Di depan gerbang sudah ada ayahnya yang siap dengan mobilnya, Risa meletakkan semua bawaannya di bagasi mobil dan langsung duduk di kursi depan di samping ayahnya.

"Jaga diri baik-baik, kalau kamu gak betah langsung pulang aja ke rumah, ga usah takut sama kakak-kakak kamu. Kalo mereka macam-macam biar Papa yang hukum mereka," kata Killian ketika mereka berdua sudah sampai di pintu masuk apartment Risa.
"Iya Pa, terus kapan Risa mulai sekolah lagi?" tanya Risa.
"Seragam sama perlengkapan sekolah baru mu sudah Papa taruh di dalam, besok kamu udah bisa mulai masuk sekolah lagi," jawab Killian.
"Terus besok berangkat nya sama siapa?" tanya Risa.
"Papa udah nyuruh pak supir buat anterin kamu besok," jawab Killian.
"Makasih Pa," balas Risa sambil memeluk Killian sebentar.
"Udah sana masuk, jaga diri baik-baik," kata Killian.
"Okay Pa," balas Risa lalu masuk ke dalam apartment barunya sambil menyeret koper dan menenteng tas besarnya.

Semua perabotan di dalam apartment itu sudah lengkap, Risa hanya tinggal meletakkan semua baju dan barang-barang yang ia bawa dari rumah saja ke kamarnya.

Selesai meletakkan dan menata semua barang yang ia bawa ke dalam kamar dia langsung merebahkan badannya ke kasur dan membuka handphone nya.

Risa sudah menduga hal ini akan terjadi, akun lambe turah sekolah dulunya itu memang sangat gercep untuk masalah gosip-gosip seperti ini.

Setelah mengirim pesan itu dia langsung beralih ke profil Twitter miliknya dan mengubah bio Twitter nya yang awalnya 'Atlas Fiancé' menjadi 'Life is hard. It’s harder if you’re stupid' yang merupakan sebuah kode bahwa dia bukanlah lagi tunangan nya Atlas.

Setelah itu dia berjalan keluar dari apartement nya sambil membawa tas selempang kecilnya yang berisi ponsel dan alat make up nya, tujuannya sekarang adalah sebuah cafe yang berada tak jauh dari apartment nya.

Di depan cafe itu terdapat segerombolan laki-laki yang sedang berdebat.

"Terus gimana? Kita udah nyiapin dari jauh-jauh hari buat penampilan ini, dan juga uang bayaran kita buat tampil hari ini udah kepake sebagian," keluh salah satu lelaki yang sedang menggendong tas gitar di punggungnya.
"Gue juga bingung," balas temannya yang memiliki rambut berwarna putih.
"Bisa-bisanya dia kemaren kecelakaan gara-gara balapan, mana katanya tulang tangan nya yang sebelah kanan patah," timpal lelaki yang memakai kemeja berwarna merah.
"Terus gimana nih, masa kita harus nyari drummer pengganti dalam waktu singkat ini?" tanya lelaki yang memiliki wajah yang imut.

Risa sedari tadi menguping pembicaraan mereka dan setelah mendengar mereka sepertinya membutuhkan drummer pengganti Risa langsung mendekat ke arah kerumunan lelaki itu.

"Permisi gue denger kalian lagi nyari drummer pengganti ya?" tanya Risa.
"Gak sopan banget lo nguping pembicaraan orang," balas lelaki yang menggendong tas gitar.
"Gue gak sengaja sumpah, btw gue bisa jadi drummer pengganti buat band kalian," kata Risa.

Mereka semua menatap Risa dengan wajah tidak percaya dan meremehkan.

"Kalian ngeremehin gue?" tanya Risa ketika melihat tatapan mereke semua.
"Daripada buang-buang waktu sama nih cewek, mending kita cepetan nyari drummer pengganti," balas lelaki yang menggendong tas gitar.
"Udahlah kita terima aja nih cewek, udah gak ada waktu lagi buat nyari drummer pengganti mepet banget ini waktunya," kata lelaki yang memakai kemeja merah.

Dengan perasaan berat hati lelaki yang menggendong tas gitar itu menuruti perintah lelaki yang memakai kemeja merah, mereka semua kemudian berjalan menuju ke dalam cafe melalui pintu belakang khusus karyawan.

"Nih lo dengerin lagunya sebentar terus hafalin ketukannya," kata lelaki yang memakai kemeja merah sambil menyerahkan handphone yang sudah terpasang earphone di situ.

Risa lalu memasang earphone itu dan langsung memencet tombol play di layar ponsel itu, dia mendengarkan lagu itu dengan fokus.

"Udah selesai?" kata lelaki yang memakai kemeja merah.
"Udah," balas Risa lalu menyerahkan handphone dan earphone itu ke si lelaki.
"Langsung naik ke panggung!" perintah lelaki itu lalu berjalan menuju ke arah panggung mendahului Risa.

Di situ semua personil band sedang melakukan check sound, tanpa pikir panjang Risa langsung duduk di kursi drummer dan memegang stick drum yang sudah ada di atas drum.

"Udah lama ya gue gak main drum lagi, terakhir kalo waktu mau latihan pas itu tapi gue nya keburu meninggal," gumam Risa.

Dia menghembuskan napas lalu memukul drum di depannya sehingga menghasilkan nada yang energik.

Semua penonton bertepuk tangan ketika mendengar permainan drum Risa.

"Anjir baru pemanasan itu udah keren"
"Eh baru nyadar gue kalo drummer nya cewek"
"Cantik banget cuy drummernya"
"Rela gue ngehomo kalo modelan nya kayak begitu"

Begitulah reaksi dari para penonton yang melihat penampilan Risa. Kebanyakan dari mereka terpesona dengan paras Risa yang sangat cantik, dan kebanyakan dari mereka adalah para gadis-gadis muda.

"Dah ready semua?" tanya laki-laki yang memakai kemeja merah yang ternyata merupakan vokalist dari band itu.
"Ready," balas mereka kompak kecuali Risa yang hanya diam saja dan mengacungkan jempolnya.

Tak lama kemudiannya petikan gitar mengawali lagu yang sedang mereka bawakan di cafe itu.

When The Antagonist Wants To Live In PeaceOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz