Satu

981 35 1
                                    

New Character Unlock
(Esther Alodie)

*٬  ۫  ֢ ᛃ   ࣪˖    Chapter 1  ٬  ۫  ֢  ᛃ   ࣪˖*

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

*٬  ۫  ֢ ᛃ   ࣪˖    Chapter 1  ٬  ۫  ֢  ᛃ   ࣪˖*

"Payah banget ini novel, masa karakter favorit gue mati di ending," kata seorang gadis tak terima sambil memegang sebuah novel berjudul 'Secret' ditangannya.
"Dan ini kenapa banget dah sama protagonis nya, cuma modal nangis doang udah bisa dapetin banyak cowok ganteng yang siap ngelindungin dia. Freak," lanjutnya.
"Mana di ending dia bakal hidup enak sama protagonis cowok yang dia dapet dari hasil melakorin antagonis cewek lagi," kata cewek itu geram dan menutup novel yang digenggamnya lalu melemparkannya ke sembarang arah.

"Gue juga bisa kali kalo cuma modal nangis begitu doang. Dasar novel gaje, freak, gak jelas, jelek," kesal gadis itu sambil memungut kembali novel yang sempat ia lemparkan tadi.

Esther Alodie adalah seorang gadis cantik yang baru lulus SMA sekitar seminggu yang lalu, tidak hanya cantik dia juga sangat populer dan cerdas, dia slalu aktif dalam mengikuti olimpiade-olimpiade akademik dan membawa nama sekolah nya menjadi semakin dikenal di kalangan masyarakat luas. Meski begitu dia masih belum memiliki kekasih karena dia terlalu fokus mengejar mimpi nya untuk masuk ke Universitas yang dia impikan.

"Bunda aku mau keluar dulu ya," pamit Esther sambil memeriksa isi tasnya berjaga-jaga takut ada barang yang ketinggalan.
"Mau kemana? Kok buru-buru?" tanya bunda Esther yang sedang berada di dapur.
"Mau ngembaliin novel di perpustakaan umum Bun," jawab Esther.
"Yaudah hati-hati ya sayang," kata bunda Esther sambil mengintip putri kesayangannya itu dari dalam dapur.
"Siap bunda," balas Esther lalu keluar dari dalam rumahnya.

Dia berjalan kaki menuju perpustakaan umum. Jangan ditanya kenapa dia tidak menggunakan sepeda motornya karena pasti dia akan menjawab bahwa hal itu hanya akan menambah polusi udara.

'Ring...ring...ring...'

Esther segera mengambil smartphone miliknya yang berada di dalam tas ketika mendengar smartphone nya itu berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

'Kenapa Nick?'

'Cuma ngingetin aja nanti ada latihan band, jangan sampe lupa lagi lo'

'Aelah gitu doang, gue kira kenapa'

'Lo kalo gak diingetin pasti gak bakal dateng, kan emang kebiasaan lo suka lupa'

Esther menahan dirinya untuk tidak berteriak dan mengumpati Nickolai karena dia sedang berhenti di tempat penyeberangan dengan banyak orang di sekitarnya.

'Awas lo nanti di sekolah, kena lo ama gue'

'Halah palingan juga lupa lu nanti'

Baru saja Esther ingin membalas perkataan Nickolai tiba-tiba dia didorong oleh seseorang ke arah jalanan yang sedang ramai.

'Brak'

Tubuh Esther terpental jauh ketika sebuah truk besar menabraknya, dia sempat melihat di belakang tempatnya berdiri tadi terdapat seseorang yang memakai hoodie hitam yang menutupi separuh wajahnya sedang tersenyum melihat keadaan Esther.

"Dia siapa?" tanya Esther sambil melihat ke arah orang berhoodie yang mulai pergi dari situ.

"Gue masih belom mau mati, kasih gue kesempatan hidup satu kali lagi Tuhan," mohon Esther sambil menitikkan air mata dan tak lama kemudian kedua matanya tertutup disertai jantung nya yang sudah mulai kehilangan detakannya.

.
.
.
.
.

Disebuah ranjang rumah sakit terdapat seorang gadis cantik yang sedang berbaring lemah dengan infus yang tertancap di tangannya. Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka menampilkan manik mata nya yang berwarna hijau keabu-abuan.

"Gue masih hidup?" kata gadis itu sambil melihat seluruh badannya.
"Terima kasih tuhan udah ngabulin permintaan gue yang gak seberapa itu," kata gadis itu lalu berniat beranjak dari ranjangnya namun tiba-tiba pintu masuk ruangannya itu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang terkejut melihat si gadis.
"Sayang kamu udah sadar?!" kaget wanita paruh baya itu sambil memeluk di gadis.
"Maaf tan, tante ini siapa ya? Kok tiba-tiba meluk saya?" tanya gadis itu membuat si wanita paruh baya sontak melepaskan pelukannya dan menatap si gadis dengan pandangan khawatir.
"Ini mama sayang, kamu jangan bikin mama khawatir," kata wanita paruh itu sambil memegang kedua pundak si gadis.

Gadis itu sontak mengerutkan kening nya ketika mendengar perkataan wanita paruh baya di depan nya ini.

"Bunda oplas ya?" tanya gadis itu.
"Kamu jangan ngadi-ngadi, mama tuh gak pernah oplas dan sejak kapan kamu manggil mama bunda?" heran wanita paruh baya itu.
"Perasaan muka bunda nggak kayak gini deh? Terus kan Esther emang dari kecil manggil bunda bukan mama," jelas gadis itu.

Mendengar perkataan yang semakin aneh dari anak nya itu si wanita paruh baya lantas langsung keluar dari ruangan itu dan memanggil dokter yang menangani anaknya.

"Mungkin salah kamar kali itu si tante," kata Esther lalu berniat turun dari ranjang, namun baru saja dia menurunkan kedua kakinya dari ranjang wanita paruh baya tadi masuk kembali ke ruangannya bersama seorang pria yang berpakaian dokter dan 3 orang laki-laki yang merupakan suami dan anak-anak nya.

"Loh tante masuk lagi? Ada keperluan lagi sama saya tan? Saya kira tante salah kamar tadi," kata Esther yang mengurung kan niatnya untuk turun dari ranjang jadi dia sekarang hanya duduk di pinggir ranjang nya dengan kaki yang menggantung dan tidak menapak ke lantai.
"Tuh dok, masa dia gak kenal mamanya sendiri," adu wanita paruh baya itu ke dokter yang berdiri di depannya.
"Tenang bu, saya periksa dulu keadaan anak ibu," kata dokter itu lalu mendekati Esther.

"Kamu ingat sesuatu sebelum kamu kecelakaan?" tanya dokter itu.
"Ingat dok, ingat banget malah. Pas itu saya lagi jalan kaki dari rumah menuju perpustakaan umum sambil telfonan sama temen band saya si Nickolai terus pas saya berhenti di penyeberangan tiba-tiba saya didorong sama seseorang yang pake hoodie hitam sampe saya jatuh ke jalanan terus di tabrak truk," jelas Esther.

Dokter itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali menanyai Esther.
"Coba sebutin nama kamu sama nama keluarga kamu," kata dokter itu.
"Nama saya Esther Alodie, nama bunda saya itu Katheryn Alodie, nama ayah saya Vladimir Alodie terus nama kakak saya itu Elexius Alodie," jawab Esther.
"Oh ya dok, ini keluarga saya gak jenguk saya ya dok? Kok saya gak keliatan mereka sama sekali dari tadi? Apalagi kak El dia biasanya udah gercep jenguk saya kalo tau adiknya baru aja kecelakaan," tanya Esther.
"Terus itu yang dibelakang dokter siapa ya? Perasaan saya gak pernah punya kerabat yang mukanya kayak mereka," lanjut Esther.

"Sepertinya saat kecelakaan otak kamu cedera sampai membuat kamu lupa sama keluarga kamu sendiri dan membayangkan jika kamu adalah orang lain," jelas dokter itu.

Esther mengerutkan keningnya bingung.

"Ingatannya akan pulih dengan sendirinya jadi ibu jangan khawatir, jika tidak ada keperluan lagi saya pamit keluar, semoga sembuh nona Risa," kata si dokter lalu keluar dari ruangan itu.

When The Antagonist Wants To Live In PeaceNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ